Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Penulis, Pemerhati hubungan internasional, sosial budaya, kuliner, travel, film dan olahraga

Pemerhati hubungan internasional, penulis buku Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. http://kompasiana.com/arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Memperingati Kelahiran Bung Hatta Memperingati Integritas Yang Tak Lekang Oleh Waktu

12 Agustus 2025   15:37 Diperbarui: 12 Agustus 2025   17:57 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mohammad hatta, sumber gambar: Kompas.com

 

12 Agustus 1902 merupakan salah satu saat yang menggembirakan bagi pasangan Muhammad Djamil dan Siti Saleha, karena pada tanggal tersebut lahir seorang putranya yang diberi nama  Muhammad Athar, yang berarti "harum" dalam bahasa Arab.

Muhammad Athar yang kemudian dikenal sebagai Mohammad Hatta lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat. Ayahnya adalah keturunan ulama, dan ibunya berasal dari keluarga pedagang.

Hari ini, kita mengenal  sosok Bung Hatta sebagai salah satu tokoh proklamator kemerdekaan Indonesia bersama Soekarno dan wakil presiden pertama. Sosok yang lebih akrab disapa Bung Hatta ini bukan sekadar Wakil Presiden pertama Indonesia, tetapi juga simbol integritas, kejujuran, dan keteguhan pada nilai-nilai kemanusiaan.

Warisan terbesarnya bukan hanya dalam bentuk dokumen proklamasi atau kebijakan ekonomi, melainkan dalam sikap hidup yang menjunjung tinggi moralitas. Ia pernah mengingatkan,

Salah satu pernyataannya yang terkenal dan tetap relevan dengan kondisi kekinian adalah "Kurang cerdas dapat diperbaiki dengan belajar, kurang cakap dapat dihilangkan dengan pengalaman. Namun tidak jujur sulit diperbaiki."

Pernyataan dari Bung Hatta ini terasa seperti cermin bagi situasi Indonesia saat ini dimana ketidakjujuran, manipulasi, dan korupsi mengemuka menjadi ancaman serius bagi kehidupan berbangsa. Kejujuran, bagi Bung Hatta, bukan sekadar sifat pribadi, melainkan fondasi dari keberlanjutan negara.

Integritas Bung Hatta bukan hanya retorika. Di masa hidupnya, ia dikenal menolak segala bentuk penyalahgunaan kekuasaan. Bahkan, di masa tuanya, ia hidup sederhana tanpa kekayaan berlimpah, meski pernah menduduki jabatan tinggi negara. Sesuatu yang mungkin sulit ditemukan sekarang ini. Sekarang ini, apabila seseorang menduduki jabatan di pemerintahan, apalagi sampai menjadi pejabat tinggi, dapat dipastikan akan memiliki kekayaan berlimpah melebih pendapatan dari gaji.

Ada satu kisah yang kerap diceritakan tentang integritas Bung Hatta yaitu cerita Bung Hatta dan sepatu Bally. Sudah sejak lama Bung Hatta berkeinginan untuk membeli sepatu Bally. Untuk itu ia menabung selama beberapa waktu agar dapat membeli sepatu tersebut. Namun kemudian ia membatalkan rencana membeli sepatu merek Bally yang diincarnya karena tabungannya tidak mencukupi dan ia tidak mau menggunakan uang negara untuk mencukupi tabungannya. Ia merasa uang negara terlalu berharga untuk digunakan demi keperluan pribadi.

Hari ini, 12 Agustus, kita memperingati hari lahirnya. Dalam peringatan ini, kita disadarkan bahwa membangun bangsa tidak cukup dengan kecerdasan atau keterampilan semata. Nilai kejujuran harus menjadi pegangan utama, dari pemimpin hingga rakyat biasa. Bung Hatta telah memberikan teladan, kini tugas kita adalah meneruskan.

Apabila bandung Bondowoso dapat membangun Candi Sewu dalam semalam, maka kejujuran tidak bisa dibentuk dalam semalam. Kejujuran harus dipelihara melalui pendidikan, keteladanan, dan keberanian untuk menolak segala bentuk penyimpangan. Oleh karena itu, warisan Bung Hatta bukanlah kata-kata manis yang mudah dilupakan, melainkan pesan moral yang harus terus kita hidupkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun