Suasana di panggung terbuka Festival Kebudayaan Antarabangsa Tawau (FKAT) 2025 sontak bergemuruh saat pembawa acara menyebutkan penampilan 7 orang penari wanita dari Sanggar Budaya Kementerian Kebudayaan di atas panggung, Sabtu malam, 2 Agustus 2025.Â
Tepuk tangan dan sorak penonton menyambut kemunculan tujuh penari wanita yang melangkah mantap menuju tengah panggung.Â
Jadi, dengan penuh percaya diri, masing-masing penari membawa kendang di kedua tangannya, siap mempersembahkan sebuah atraksi yang telah dinantikan.
"Nah ini yang kita tunggu, tarian langsung yang didatangkan dari Jakarta," terdengar komentar seorang penonton di panggung VIP, tepat di belakang penulis. Suaranya mencerminkan antusiasme yang juga tampak di wajah ratusan penonton lainnya.
Setibanya di atas panggung, ketujuh penari yang mengenakan kostum gemerlap tersebut langsung meletakkan kendang di hadapannya bersiap menarikan Tari Rampak Kendang dari Jawa Barat.
Pembawa acara mengenalkan Tarian Rampak Kendang sebagai salah satu warisan seni pertunjukan Indonesia yang menggabungkan permainan kendang yang ritmis dengan gerakan tari yang energik dan penuh kekompakan. Tarian ini juga menggabungkan tarian Jaipong di dalamnya.
Istilah "rampak" sendiri berarti serempak atau kompak, mencerminkan semangat kolaboratif dan kesatuan dalam setiap hentakan gerak dan irama.
Ketujuh penari mengawali gerakan dengan menabuh kendang di hadapannya. Suara dentuman kendang yang rancak digabungkan dengan gerakan tangan para penari yang tegas namun anggun, berhasil menghipnotis penonton.Â
Setiap gerakan ditampilkan dengan presisi, menunjukkan latihan yang intens dan dedikasi tinggi dari para penari. Kendang yang mereka bawa tidak hanya menjadi alat musik pengiring, tetapi juga bagian integral dari koreografi yang dinamis dan menggetarkan.