Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Diplomat - Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Penulis beberapa buku antara lain Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. Twitter: @arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana

31 Januari 2024   08:54 Diperbarui: 31 Januari 2024   08:57 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar: Aris Heru Utomo

Melalui Keputusan Presiden Nomor 24 tahun 2016 tentang Hari Lahir Pancasila, pembahasan menganai Pancasila kembali mengemuka di ruang publik setelah tenggelam sekitar dua dekade pasca Refrormasi 1998. Seperti diberitakan Harian Kompas tanggal 29 Mei 2017 "Setelah Reformasi, Pancasila bahkan cenderung jarang dibicarakan di ruang publik, bahkan juga di ruang parlemen ataupun dalam proses pengambilan kebijakan publik".

Di tengah kekosongan percakapan mengenai Pancasila di ruang publik, penulis bersyukur bahwa setelah melalui proses panjang selama sekitar 2 (dua) tahun, akhirnya dapat menyelesaikan penulisan buku "Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana" dan menghadirkannya pada awal tahun 2024 ini. Buku ini sudah bisa didapatkan secara online di Shopee.

Sesuai judulnya, buku ini berisikan beragam cerita tentang Pancasila yang ditulis berdasarkan pengalaman penulis selama 4 (empat) tahun terakhir ini bertugas di Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP). Terdapat 35 tulisan yang terbagi dalam 6 bagian yaitu (1) Embrio Pancasila di Ende; (2)  Lahirnya Pancasila dan Penciptaan Lambang Garuda; (3) Kembalinya Pancasila Pasca Reformasi; (4) Pancasila dan Keislaman; (5) Membumikan Pancasila; (6) Pancasila dan Politik Luar Negeri.

Mengomentari hadirnya buku Cerita Pancasila ini, Wakil Presiden ke-6 RI (11 Maret 1993 -- 11 Maret 1998) dan Wakil Ketua Dewan Pengarah BPIP, Jenderal TNI (Purn) Try Sutrisno dalam kata pengantarnya di buku ini menyampaikan apresiasinya.

"Saya menyambut baik dan mengapresiasi kehadiran buku "Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana karya Sdr. Aris Heru Utomo. Buku ini memperlihatkan konsistensi dan komitmen Penulis dalam mengkaji Pancasila dan membagikan pemikirannya dalam bentuk tulisan yang enak dibaca dan perlu," tulis Try Sutrisno.

"Buku ini menjadi sumbangan penting dalam upaya kita semua memperkuat pemahaman tentang Pancasila dan aktualisasinya dalam tindakan menghadapi semakin beratnya tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia di masa depan," tambah Try Sutrisno yang juga pernah menjabat sebagai Panglima ABRI pada 27 Februari 1988 -- 19 Februari 1993.  

Apresiasi terhadap hadirnya buku Cerita Pancasila ini juga disampaikan oleh Kepala BPIP Prof. Drs. K.H Yudian Wahyudi, M.A, Ph.D seperti tertulis di dalam kata pengantar buku.

"Memahami pentingnya Pancasila sebagai dasar negara, pandangan hidup bangsa dan ideologi negara, maka kehadiran buku Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, yang ditulis Sdr. Aris Heru Utomo sangat menarik dan patut mendapatkan apresiasi karena dapat menjadi pilihan referensi untuk mengetahui dan lebih mudah memahami Pancasila dan aktualisasinya," tulis Yudian.

"Melalui penulisan dengan gaya bahasa yang santai, seperti mengajak bercerita, pembahasan mengenai Pancasila menjadi lebih ringan dan mudah dipahami," tambah Yudian.

Baca juga: Salam Pancasila

"Penulis bukan hanya bercerita tentang sejarah lahirnya Pancasila yang merujuk dari berbagai sumber pemnulisan ataupun kegiatan-kegiatan BPIPO ya ng diselenggarakan ataupun diikutinya, tetapi juga mengenai perwujudan Pancasila dalam tindakan seperti aktualisasi nilai-nilai ketuhanan, sikap memelihara perbedaan (pluralisme) dan musyawarah mufakat atau demokrasi," tambah Yudian lebih lanjut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun