Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Diplomat - Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Penulis beberapa buku antara lain Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. Twitter: @arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Memaknai Hari Kematian di Meksiko

4 November 2018   07:07 Diperbarui: 5 November 2018   04:47 937
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Huffingtonpost.com

Siang itu ketika saya berkunjung kesana, sedang berlangsung pertunjukan musik akustik oleh tiga orang musisi. Lagu-lagu yang mereka bawakan adalah lagu-lagu pop, bukan lagu kematian yang sedih.

Kesan saya, meski nuansa pemakaman masih sangat kental, ya namanya juga makam alias kuburan, namun saya melihat bahwa orang Meksiko tidak menganggap kuburan sebagai hal yang menyeramkan.

Octavio Paz, penulis Meksiko terkenal, menulis "Orang Meksiko ... akrab dengan kematian, bercanda tentang hal itu, mengelusnya, tidur dengannya, merayakannya. 

Dia menganggapnya sebagai mainan favoritnya dan cintanya yang paling abadi. " Ditambahkan pula oleh Paz  "Setidaknya kematian tidak disembunyikan: ia memandangnya secara langsung, dengan ketidaksabaran, jijik atau ironi."

Karena tidak heran jika keluarga yang berziarah terlihat seperti sedang piknik, membawa makanan dan minuman dan ngobrol santai di sekitar makam sambil mendengarkan musik dari radio. Kehadiran beberapa pengamen yang berkeliling untuk mengais rejeki dengan menyanyi di depan makam menjadikan suasana makam lebuh meriah. Apalagi ditambah kehadiran pedagang makanan dan minuman yang tidak kalah seru berteriak menjajakan dagangannya. Suasananya mirip pasar seperti di adegan di film Coco.

Bahwa orang Meksiko tidak memandang kuburan sebagai hal yang menyeramkan juga diperkuat oleh cara pandang orang Meksiko dalam melihat arwah orang mati. 

Orang Meksiko meyakini bahwa arwah orang mati tetap bagian dari keluarga dan kerap datang mengunjunginya. Mereka yakin bahwa setiap tanggal 1-2 November pintu surga dibuka sehingga para arwah akan turun ke bumi mengunjungi sanak keluarganya.

Untuk menyambut kehadiran arwah anggota keluarga, selain membersihkan makam, anggota keluarga yang masih hidup menyiapkan altar, di rumah ataupun makam. Altar ini antara lain berisi foto orang yang meninggal, makanan dan minuman dan bunga kuning untuk menyambut kedatangan arwah. 

Mereka berharap arwah yang datang akan senang karena disambut dengan baik. Arwah juga akan senang karena tetap dianggap sebagai anggota keluarga sehingga melempangkan jalannya di surga. Ingat adegan di fIlm Coco ketika tokoh Hektor sempat tidak bisa melewati pemeriksaan imigrasi surga karena belum diakui oleh keluarganya?

Hektor ditolak berulang kali oleh petugas imigrasi saat akan melewati jembatan ke surga karena hingga saat pemeriksaan ia tidak dianggap sebagai bagian dari anggota keluarganya sendiri. Keluarganya, terutama istrinya yang bernama Imelda, menolak mengakuinya sebagai anggota keluarga karena beranggapan Hektor tidak bertanggungjawab sebagai kepala keluarga dan meninggalkan keluarga untuk mengejar impiannya menjadi musisi. Ia menghilang begitu saja tanpa ada kabar berita.

Karena kesal, Imelda membuang semua alat musik yang ada di rumah dan mengharamkan keturunannya untuk menjadi musisi. Bukan hanya itu, ia pun merobek foto keluarga (yang bergambar Hektor, Imelda dan Coco kecil) tepat di bagian kepala Hektor dan melipat bagian foto bagian tangan yang menunjukkan Hektor sedang memegang gitar. Akibatnya tidak ada lagi keturunannya yang tahu siapa pria di foto tersebut.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun