Kami mendapat informasi dari pendaki lain, bahwa jika turun lewat jalur yang berlawanan trek turunnya relatif mudah. Tentunya informasi yang sangat berharga bagi kami, karena sebagian peserta pendakian sudah masuk usia adiyuswa.Â
Jika turun melalui trek curam berbatu besar, akan penuh dengan resiko, khususnya  bagi persendian lutut yang sudah menua termakan usia.
Kami pun berjalan ke arah barat. Turun melalui trek tanah sempit. Agak licin, namun masih relatif aman untuk dilalui.
Dari sini suguhan panorama alamnya sangat berbeda dengan jalur ketika kami naik. Sama-sama indah, namun menghadirkan sensasi dan suasana khasnya tersendiri.Â
Akhirnya kami memasuki ladang luas warga desa. Ada yang baru dicangkul. Tanah coklat subur siap untuk ditanami dengan aneka sayuran. Sebagian lahan yang kami lewati sudah ditanami. Terlihat hijau segar daun wortel.
Selama kami berjalan turun, kami tak bertemu dengan pendaki lain. Kami menyimpulkan bahwa mungkin ini jalur untuk turun saja. Kalau naik lewat jalur ini, akan memutar lebih jauh jadi bisa lebih lama.
Tak terasa kami sudah sampai di Jl. Tambi, lalu kami jalan turun ke arah kiri menuju Masjid Al Furqon. Mas sopir Elf Long kapasitas 19 orang sudah menunggu kami disana. Jarak dari masjid ke Basecamp Sikendil hanya sekitar 2 menit jalan kaki. Seperti apa keseruan tektok lintas jalur kami, silahkan tonton video singkat durasi 1 menit di bawah ini. Terima kasih. Salam lestari dan sehat selalu.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI