Mohon tunggu...
Aris Balu
Aris Balu Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Menulis seputar fiksi dan fantasi || Bajawa, Nusa Tenggara Timur

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Mr. Lonely

11 Agustus 2022   08:00 Diperbarui: 11 Agustus 2022   08:03 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Langit-langit itu putih, tapi mengapa kelam bahkan ketika bermandikan cahaya kamar? 

Samar-samar sepasang cicak makan malam berdua, pejantan menyanyikan parau keroncong dari tenggorokannya, laksana syair pujangga yang menggema pada kesunyian malam.

Atau mungkin hanya khayalanku saja? Entahlah. Malam yang indah untuk merenung. Kunyalakan rokok diatas meja, membiarkan asapnya menyelimuti pikiranku bak kerudung.

Berapa lama aku tak mendengar kabarnya? Berapa lama jurang di hati kubiarkan menganga?

Ku buka PDF yang diunduh seminggu lalu, tentang Jung dan bayangan pada intisari manusia. Bahwasanya setiap insan hidup menanggung sengsara atas citra neraka, mengakar pada usahanya mencapai surga.

Sungguh sebuah retorika hampa, begitu logikaku berbicara. Sebab mustahil jika manusia mau menerima kekurangan sebagai kelebihan, atau kelemahan sebagai kekuatan.

Untuk mengerti kebaikan, seseorang harus menerima kapasitasnya sebagai mahluk hina penuh keburukan. Harus kuakui, itu membuatku takut.

Mana bisa aku mengakui bahwa jauh dalam sanubariku, tak bedanya diriku dengan iblis berkulit manusia seperti Hitler, Mussolini, Soe_ atau Stalin yang ramah akan kekejian neraka.

Mungkinkah itu alasannya kau pergi? Itukah yang kau lihat dariku?

Seorang pria yang menyembunyikan nasib buruk dibalik senyuman, atau laki-laki tanpa masa depan yang akan menyia-nyiakan kesempatan yang mungkin kau berikan?

Apa yang kupikirkan? Alasannya jelas. Cinta memang tidak bisa dipaksakan. Sekalipun ku janjikan ikatan didepan altar, tak akan hatimu tergerak mengalahkan nalar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun