Mohon tunggu...
Ari J. Palawi
Ari J. Palawi Mohon Tunggu... Petani Seni dan Akademisi

The Sonic Bridge Between Tradition and Innovation

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Enough is Enough: Pilrek dan Amanah Sejarah di Kopelma Darussalam

30 September 2025   09:34 Diperbarui: 30 September 2025   09:34 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu temuan motif/ilustrasi yang  menggambarkan 'mahluk' dalam sejarah seni rupa Aceh

Kepada Yth. Anggota Senat Universitas di Kopelma Darussalam.

Sejarah telah membuktikan bahwa Aceh bukan sekadar bagian dari Indonesia, melainkan salah satu simpul penting dalam peradaban ilmu pengetahuan Islam di Asia Tenggara. Nama-nama seperti Nuruddin ar-Raniri, Hamzah Fansuri, Syamsuddin as-Sumatrani, hingga Abdurrauf as-Singkili (Teungku Syiah Kuala) adalah bukti bahwa di bumi ini pernah lahir ulama, pujangga, dan intelektual yang pengaruhnya melintasi zaman dan batas geografi. Mereka tidak hanya menulis untuk Aceh, tetapi untuk dunia. 

Ketika IAIN Ar-Raniry lahir pada 1963 dan kemudian bertransformasi menjadi UIN Ar-Raniry pada 2013, atau ketika Universitas Syiah Kuala tumbuh menjadi universitas negeri utama di Aceh, masyarakat menyambutnya dengan harapan yang besar. Harapan bahwa dari rahim Darussalam akan lahir kembali figur-figur berkelas dunia: cendekiawan dengan keluasan ilmu, moralitas yang kokoh, dan kepemimpinan yang membimbing umat ke arah peradaban. Inilah amanah sejarah, amanah yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Namun, mari kita bicara jujur: proses pemilihan rektor (Pilrek) di Indonesia, termasuk di Aceh, sering kali dicederai oleh hal-hal yang tak layak. Tidak sedikit laporan tentang praktik transaksional, intervensi politik, bahkan kooptasi oleh kepentingan jangka pendek. Alih-alih menghasilkan pemimpin visioner, Pilrek berisiko berubah menjadi arena dagang sapi. Jika itu terjadi di Darussalam, maka kita sedang menodai amanah sejarah yang begitu luhur. 

Saudara-saudara anggota senat, 

Anda bukan sekadar pemilih. Anda adalah penjaga nilai. Suara Anda adalah penentu arah: apakah universitas di Kopelma Darussalam akan menjadi mercusuar peradaban, atau sekadar birokrasi akademik tanpa jiwa. 

Urgensinya tidak bisa ditunda: 

  •  Integritas adalah fondasi. Calon rektor harus diuji bukan hanya dari CV dan pidato visi-misinya, tetapi dari rekam jejak moral, keberanian intelektual, dan konsistensi dalam menjaga integritas akademik. 
  • Bebaskan diri dari intervensi eksternal. Jika gubernur Aceh saja diuji dengan bacaan Al-Qur'an sebelum menjabat, mengapa senat tidak menegaskan sumpah serupa: bahwa suara Anda bebas dari kepentingan pribadi, uang, atau tekanan kekuasaan? 
  • Kembalikan kampus ke cita-cita Darussalam. Darussalam bukan sekadar nama wilayah, melainkan cita-cita: negeri damai, negeri ilmu, negeri peradaban. Kampus adalah jantung cita-cita itu. 

Hari ini, Aceh masih menghadapi tantangan: kemiskinan, pengangguran, degradasi moral, dan krisis kepercayaan pada institusi. Universitas, terutama yang berdiri di Darussalam, tidak boleh berdiam diri. Ia harus menjadi garda depan, bukan sekadar pengikut arus. Pemilihan rektor adalah momen krusial: apakah universitas akan tampil sebagai penggerak perubahan atau tenggelam dalam rutinitas yang steril dari nilai. 

Cukuplah kita berputar dalam lingkaran yang sama. Enough is enough. Sudah terlalu lama kita membiarkan Pilrek hanya menjadi ajang seremonial. Sudah terlalu lama suara masyarakat Aceh, yang dulu rela berkorban agar kampus ini berdiri, tidak benar-benar menjadi pertimbangan. Sudah terlalu lama harapan untuk melahirkan ilmuan sekelas ar-Raniri atau Syiah Kuala hanya tinggal retorika di brosur kampus. 

Senat universitas hari ini berada di persimpangan sejarah. Pilihan Anda akan dikenang, bukan hanya oleh mahasiswa atau dosen, tetapi juga oleh generasi yang akan membaca ulang jejak peradaban Aceh. Anda bisa menuliskan nama Anda dalam daftar pewaris amanah sejarah, atau membiarkannya tercatat sebagai bagian dari generasi yang mengabaikan kesempatan emas. Kopelma Darussalam menunggu jawaban Anda. Rakyat Aceh menunggu bukti, bukan janji. Sejarah pun menunggu: apakah Anda akan menjaga marwah Darussalam sebagai pusat keilmuan, atau justru menyia-nyiakannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun