Mohon tunggu...
Ari Aprilis
Ari Aprilis Mohon Tunggu... ASN Perbatasan Negara

ASN Perbatasan Negara

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Idul Fitri : Kemenangan Yang Salah Tafsir, Satnya Kembali ke Makna Ketakwaan

30 Maret 2025   11:58 Diperbarui: 30 Maret 2025   11:58 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto bentuk ketakwaan seseorang setelah Ramadan. (Sumber: milik pribadi)

Ramadhan adalah bulan penuh berkah dan peluang untuk memperbaiki diri, bukan hanya untuk menahan lapar dan dahaga, tetapi juga untuk melatih ketakwaan. Selama 30 hari, umat Islam diberi kesempatan untuk meningkatkan kedekatan kepada Allah, memperbaiki akhlak, dan meningkatkan kualitas ibadah. Namun, sering kali kita terjebak dalam tradisi yang mengaburkan esensi sejati bulan suci ini, yaitu dengan persiapan lebaran yang berlebihan. Sehingga kita melupakan tujuan utama Ramadhan: untuk menggapai ketakwaan.

Idul Fitri yang kita rayakan seharusnya bukanlah momen kemenangan dalam arti yang sering disalahpahami, tetapi justru merupakan titik balik untuk kembali bersyukur dan meningkatkan ketaatan. Konsep kemenangan yang banyak dipahami saat ini justru dapat membuat kita berpaling dari hakikat Ramadhan itu sendiri. Bukankah yang sejati dari "kemenangan" adalah mencapai tingkat ketakwaan, sebagaimana yang diinginkan oleh Allah dan Rasul-Nya? Idul Fitri bukanlah sekadar tentang mengenakan pakaian baru atau mempersiapkan hidangan mewah, tetapi tentang memperbaharui niat dan melanjutkan perjuangan dalam meningkatkan ibadah dan akhlak.

Sangat disayangkan, di bulan yang seharusnya dilipatgandakan pahala ini, banyak dari kita yang teralihkan dengan kegiatan menyambut lebaran, seperti mempersiapkan baju baru, membuat berbagai jenis makanan, hingga menghias rumah. Padahal, seharusnya fokus kita tetap pada amal ibadah, terutama di sepuluh hari terakhir Ramadhan, yang penuh dengan keberkahan. Menghabiskan waktu untuk mengejar kesempurnaan duniawi tanpa menyadari bahwa hal itu bisa membuat kita merugi secara spiritual, bukanlah pilihan yang bijak.

Mari kita renungkan kembali makna Idul Fitri yang sejati. Inilah saatnya kita kembali ke tujuan awal Ramadhan, yaitu meningkatkan ketakwaan kepada Allah. Tradisi yang berlebihan justru bisa menutupi hakikat kebahagiaan yang sesungguhnya, yakni keberhasilan dalam menjalani ibadah puasa dengan penuh kesungguhan, serta kebersamaan yang mendalam dalam beramal. Semoga setelah Idul Fitri, kita dapat terus menjaga ketakwaan yang telah kita raih selama Ramadhan dan terus berusaha menjadi pribadi yang lebih baik.

Tidak ada jaminan bahwa setiap amal ibadah kita selama Ramadan diterima, oleh karena itu penting untuk senantiasa berdoa setelah Ramadan agar segala amal yang telah kita lakukan diterima oleh Allah. Kita harus memiliki rasa takut jika amal kita tidak diterima dan juga rasa harap agar Allah meridhoi dan menerima setiap usaha kita. Dengan mengiringi ibadah kita dengan doa, kita menunjukkan kesadaran akan kekurangan diri dan berharap akan rahmat Allah. Rasa takut dan harap inilah yang membuat kita terus berusaha memperbaiki diri dan menjaga kualitas ibadah, bahkan setelah Ramadan berakhir.

Ayo, mari kita balik lagi ke esensi Ramadhan yang sesungguhnya. Jangan sampai kita terjebak dalam kesibukan duniawi yang membuat kita lupa akan tujuan utama ibadah kita. Ramadhan adalah bulan pendidikan iman dan takwa, bukan bulan untuk sekadar merayakan "kemenangan" dengan cara yang salah. Setelah Ramadhan, mari kita tetap jaga ketakwaan kita dengan berpuasa enam hari di bulan Syawal, sebagaimana yang diajarkan Rasulullah. Karena, yang lebih penting daripada baju baru atau hidangan lezat adalah bagaimana kita membawa spirit ketakwaan ini ke dalam kehidupan sehari-hari.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun