Mohon tunggu...
Dimas Wibisono
Dimas Wibisono Mohon Tunggu... Guru - Akademisi di salah satu universitas di Riyadh, Arab Saudi

Lahir, membesar dan sekolah di Yogyakarta. Sampai kini masih belajar sambil mengajar di lingkungan pendidikan tinggi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kesal "Dipingpong" Petugas yang Tak Paham Tugasnya

18 Desember 2019   01:10 Diperbarui: 18 Desember 2019   13:53 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saya paling jengkel kalau berurusan dengan petugas yang tidak memahami hal-hal yang menjadi bidang tugasnya sehari-hari. Pernah dulu pada tahun delapan puluhan saya bermaksud mengirim telex (semacam telegram, tapi si penerima berita memiliki mesin penerima berita sendiri, seperti telepon tapi tertulis) ke suatu perusahaan di Balikpapan, Kalimantan Timur. 

Saya pun pergi ke kantor pos, di formulir berita saya tuliskan nomor telex sebagai alamat tujuan, dan isi berita seperti biasa kalau mengirim telegram. Petugas yang ada disitu meminta saya menuliskan alamat penerima berita secara lengkap, bukan sekedar nomor telex yang nampak seperti nomor telepon (5 digit). 

Saya heran, petugas ini tidak faham bedanya telegram dan telex. Saya mencoba menjelaskan, dengan adanya nomor telex itu beritanya masuk langsung ke kantor yang dituju, tidak perlu diantar lagi, sehingga tidak perlu mencantumkan alamat lengkap.

Si petugas tidak mau menerima, ngotot minta alamat ditulis lengkap. Kalau begini ongkosnya jadi mahal, karena kita harus membayar 25 rupiah per kata, dan tidak ada gunanya.

Waktu itu juga zamannya orang berkirim 'telegram indah' untuk mengucapkan selamat ulang tahun, kelahiran anak, wisuda sarjana, dan lain-lain. Cukup praktis, karena murah dan cepat sampai. Tidak heran layanan telegram indah ini laris manis. Pernah suatu kali saya mengirim telegram indah ucapan selamat ulang tahun kepada salah satu anggota keluarga dekat. 

Kita cukup menuliskan nama dan alamat pengirim dan penerima. Hasil 'print-out' dari mesin telegram itu kemudian akan ditempel di sampul khusus telegram indah sesuai dengan pesan yang akan disampaikan. Untuk ucapan selamat ulang tahun kita bisa pilih sampul bergambar kue taart dan lilin menyala misalnya.

Alkisah, sampailah telegram itu ke alamat yang dituju, tapi hanya berisi nama dan alamat pengirim dan penerima, tanpa ada beritanya! Tentu saja si menerima telegram bingung, kemudian menelpon saya, 'maksudnya apa ini?'

Usut punya usut, ternyata kantor pos setempat kehabisan sampul telegram indah untuk ucapan selamat ulang tahun. Jadinya hasil 'print-out' dari mesin telegram itu ditempel saja di sampul telegram biasa. Kenapa tidak ada antisipasi, bagaimana kalau sampulnya habis?

Saat tinggal di Malaysia kami sekeluarga pernah menyeberang perbatasan ke Thailand melalui Rantau Panjang di negeri Kelantan. Biasanya orang dari Malaysia atau Thailand menyeberang melalui Bukit Kayu Hitam (Kedah) atau Bukit Besar (Perlis). Pos lintas batas di Rantau Panjang ini sepi sekali. Petugas imigrasi Malaysia minta saya menunjukkan visa untuk masuk ke Thailand. 

Saya pun heran, karena semua orang sudah tahu bahwa warga sesama negara ASEAN (Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapore, Philipina, dan lain-lain) bebas keluar masuk negara tetangga tanpa visa. Petugas imigrasi di perbatasan mungkin tidak dibekali pengetahuan yang cukup tentang hal ini. 

Setelah saya jelaskan barulah saya diperbolehkan lewat, itupun tampak masih ragu-ragu. Untunglah petugas imigrasi di seberang sana sudah faham, kami semua boleh masuk ke wilayah Thailand.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun