Mohon tunggu...
Arinda Putri
Arinda Putri Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang wanita pekerja biasa yang memiliki hobby membaca dan saat ini sedang belajar menulis untuk mencoba menyuarakan apa yang terlintas dalam hati dan pikiran.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tanaman Keladi Tikus Membuat Kanker Ibu Tidak Lagi Menakutkan

29 Juli 2011   04:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:17 3068
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1311912988195462120

Bagi anda yang saat ini memiliki keluarga atau kerabat yang divonis mengidap penyakit kanker atau bahkan mungkin anda sendiri kini yang sedang terbaring lemah, semoga pengalaman saya ini dapat membangkitkan semangat untuk terus berjuang melawan penyakit yang menurut anggapan banyak orang adalah penyakit yang menakutkan.

Lima tahun yang lalu tepatnya sekitar bulan Maret 2006, ibu saya divonis mengidap penyakit yang menakutkan itu. Saya masih ingat betul bagaimana suasanaketika itu ketika dokter spesialis yang menangani ibu saya di RSPAD, memanggil saya ke ruangannya. Saat itu, ibu sedang berada di ruang perawatan karena harus menjalani rawat inap selama beberapa hari. Sesaat setelah saya menemui Dr.Aryo, beliau memberikan saya hasil rekam medis ibu lengkap dengan seluruh hasil lab dan juga hasil pemeriksaan endoskopi. Kemudian dokter menerangkan kepada saya hasil endoskopi tersebut. Beliau katakan dalam hasil endoskopinya ditemukan sel karsinoma didalam paru-paru ibu. Pada awalnya saya tidak tahu apa itu sel karsinoma. Namun setelah dokter menerangkan bahwa itu merupakan sel kanker aktif yang tumbuh di paru-paru ibu, sontak saya langsung lemas dan dada ini berdegup dengan kencang.

Saya tak kuasa menahan kesedihan dan membayangkan hal buruk yang mungkin bisa terjadi. Apalagi saat itu menurut dokter, sel kanker ibu sudah memasuki stadium 3. Ya Allah...saya begitu terpukul mendengarnya dan tak terasa saya menangis di hadapan dokter yang menangani ibu saya tersebut. Kemudian dokter menasehati saya agar jangan menangis, beliau katakan,"kamu harus kuat dan jangan terlihat lemah dihadapan ibu, kalau kamu lemah siapa yang akan merawat ibu." Setelah itu saya menyeka air mata, kami kemudian melanjutkan diskusi lagi mengenai penanganan dan pengobatan untuk kesembuhan ibu. Dokter mengatakan juga bahwa sebaiknya ibu jangan tahu dulu perihal penyakitnya ini karena dikhawatirkan bisa drop.

Menurut dokter ada 2 alternatif dalam pengobatannya. Yang pertama ibu harus melakukan kemoterapi secara terus menerus sampai sel kankernya mati. Atau dengan cara kedua bisa menggunakan obat herbal dari tanaman keladi tikus. Kedua pengobatan tersebut sama-sama mengandung resiko. Jika menggunakan kemoterapi, akan ada efek sampingnya. Untuk sebagian orang ada yang tidak merasakan efek samping tersebut. Namun ada juga yang mengalami efek samping yang cukup berat sampai menderita gangguan psikis. Efek samping kemoterapi timbul karena obat-obat kimia dari kemoterapi ini sangat kuat dan tidak hanya membunuh sel-sel kanker saja namun juga dapat membunuh sel-sel yang sehat dan bagus terutama sel-sel yang melakukan pembelahan dengan sangat cepat. Selain itu dengan kemoterapi ini dapat menyebabkan rontok rambut, kelemahan pada otot kaki dan juga penurunan jumlah darah. Akibat efek samping yang cukup berat ini untuk sebagian orang dapatmenyebabkan gangguan psikis sehingga justru akan membuat pasien menjadi drop.

Alternatif kedua, bisa menggunakan obat herbal dari tanaman keladi tikus. Menurutdokter Aryo, keladi tikus ini telah banyak dikembangkan di RS-RS di Malaysia maupun Singapura dan banyak pula yang berhasil namun prosesnya bisa memakan waktu yang cukup lama. Menurut dokter yang menangani ibu saya, dokter tersebut bercerita bahwa tanaman keladi tikus ini pertama kali di diriset sebagai tanaman obat oleh ahli dari Malaysia, Prof Dr.Chris K.H.Teo,Dip Agric (M), BSc Agric (Hons)(M), MS, PhD yang juga pendiri Cancer Care Penang, Malaysia. Sejak tahun 1995 Prof. Chris Teo meneliti tanaman ini, hasilnya menunjukan Ekstrak Typhonium Flageffiforme dan campuran bahan alami lainnya membantu detoxifikasi jaringan darah. Ramuan ini akan semakin baik bila diberikan bersama-sama dengan bahan herba lain, seperti sambiloto, temu putih dan rumput mutiara. Ramuan ini mengandung ribosome inacting protein (RIP), zat antioksidan dan zat antikurkumin. Kombinasi ketiga zat dalam campuran ramuan tersebut memproduksi mediator yang menstimulasi penguatan sel dalam sistem kekebalan tubuh untuk memberantas sel kanker.

Jika alternatif pertama diambil, maka kemoterapi akan tetap dilakukan di RSPAD. Namun jika alternatif ke dua yang diambil, dokter memberikan rujukan RS di Penang tersebut atau bisa juga di sebuah RS di kawasan Jakarta Utara yang juga telah mengembangkan pengobatan dengan menggunakan tanaman keladi tikus ini.

Akhirnya, sebelum saya putuskan untuk melakukan kemoterapi, saya berdiskusi dulu dengan seluruh keluarga besar termasuk Om,tante dan juga sepupu-sepupu saya yang lain. Hal inilah yang membuatku merasa bersyukur sekali karena dikelilingi oleh keluarga yang begitu hangat. Setelah kami diskusi dan juga mencoba mencari informasi dari beberapa sumber termasuk profesor Google, akhirnya kami sepakat untuk melakukan pengobatan secara herbal dengan menggunakan tanaman keladi tikus tersebut.

Singkat cerita, akhirnya kami menemui salah satu dokter yang telah dirujuk oleh dokter Aryo untuk memberikan pengobatan kepada ibu. Dokter yang menangani ibu bernama dokter Geida. Saat itu berat badan ibu hanya sekitar 40 kg, menurun drastis dari berat badan normalnya yang sekitar 58 kg. Oleh dokter Geida, kami diberikan berbagai macam pantangan makanan yang tidak boleh dimakan oleh ibu terutaman bahan makanan yang mengandung bahan pengawet termasuk juga MSG. Selain itu, dokter juga menyarankan untuk selalu minum jus wortel, brokoli dan juga tomat. Oleh dokter, ibu diberi obat keladi tikus, kunir putih, sambiroto dan juga rumput mutiara. Semuanya itu sudah dibuat ekstrak menjadi kapsul. Ada satu hal penting dari pernyataan dokter Geida yang selalu membuat kami teringat. Menurutnya, obat-obat ini hanya memberikan efek kesembuhan sekitar 25 persen, sedangkan 75 persennya lagi adalah semangat untuk bisa sembuh dari dalam sendiri. Semangat itu bukan saja dari pasien namun juga dari keluarga.Jadi menurutnya, keluarga harus bisa membuat si pasien merasa nyaman, happy dan terus memompa semangat si pasien untuk terus berjuang melawan penyakitnya. Dan pesannya lagi, perlakukan ibu sebagai orang sehat. Karena jika kita memperlakukan pasien sebagai orang sakit, maka si pasien semakin mengingat kalau dirinya itu sedang sakit.

Akhirnya...mulailah saat itu kami sekeluarga selalu memberikan kebahagiaan kepada ibu. Hampir tiap Minggu, rumah kami selalu ramai dikunjungi oleh sanak saudara bahkan dari luar kota. Kita semua memperlakukan ibu seperti orang sehat layaknya. Mengobrol, bercanda,jalan-jalan pokoknya berusaha agar ibu melupakan sakit yang dideritanya.

Selain itu, karena kami adalah seorang muslim kami amat mempercayai khasiat dari air zam-zam. Saya ingat, dalam salah satu hadist diriwayatkan bahwa air zamzam itu diminum sesuai dengan niatnya. Jika diminum hanya berniat untuk menghilangkan haus, maka hanya sebatas itulah khasiatnya. Namun jika dimaksudkan untuk obat maka khasiatnya dapat menjadi obat yang mujarab. Akhirnya, kami selalu memberikan ibu minum dengan menggunakan air zam zam bila ibu meminum obat dari dokter. Begitulah, minimal 3 kali sehari ibu selalu minum air zam zam sambil berdoa semoga air ini dapat menyembuhkan penyakitnya. Selain itu seluruh pantangan makanan seperti makanan yang mengandung pengawet benar-benar dipatuhi oleh ibu.

Pada 3 bulan pertama masa terapi pengobatannya, ibu merasakan mual sekali. Bahkan sampai tidak mau makan saking perutnya mual. Selain itu hampir setiap hari ibu batuk darah. Dalam batuknya itu tak jarang pula sering mengeluarkan gumpalan seperti hati ayam. Jujur, saat itu saya begitu sedih sekali melihat penderitaan ibu. Ingin rasanya saya saja yang menggantikan penyakit ibu itu. Tapi saya selalu teringat pesan dokter Aryo agar jangan menangis di hadapan ibu. Akhirnya setiap kali kali saya melihat penderitaan ibu, saya selalu berwudhu dan segera melakuan sholat. Setiap kali saya usai sholat tiap kali pula saya mendoakan ibu, air mata ini terus menetes. Saya benar-benar membayangkan hal yang buruk. Dalam doa saya yang saya panjatkan, saya selalu memohon agar Allah dapat mengangkat penyakit ibu karena saya masih membutuhkan kasih sayang dan juga nasehat-nasehatnya. Di depan ibu, saya selalu membohongi ibu dengan mengatakan kalau kondisi ibu baik-baik saja hanya ada bakteri yang menyerang paru-paru sehingga harus rajin minum obat supaya bakteri tersebut bisa hilang.

Pada 3 bulan berikutnya, memasuki bulan ke empat ibu sudah mulai jarang batuk darah lagi dan mukanya juga sudah tidak pucat.Saat kami membawa ibu untuk melakukan control kesehatannya ke RS, ternyata berat badan ibu sudah naik menjadi 45 kg. Menurut dokter ini suatu kemajuan karena hal itu mengindikasikan pengobatannya berjalan dengan baik. Menurut dokter, kami harus terus untuk menjaga berat badannya supaya tidak turun. Dan tetap harus diperhatikan pola dietnya. Jus jangan sampe lupa dan tetap dijaga untuk tidak memakan makanan yang dipantang.

Memasuki tahun pertama dari terapi ini, perlahan-lahan kondisi ibu mulai membaik. Berat badannya selalu meningkat dan bahkan ibu sudah bisa berbelanja ke pasar, ikut pengajian dan juga berbagai aktivitas rumah tangga lain. Saat itu kami melakukan kembali cek up untuk mengetahui kondisi ibu ke RS. Begitu dilakukan endoskopi lagi, ternyata sel-sel kankernya semakin berkurang.

Karena kondisi ibu yang semakin membaik, kami sekeluarga berencana untuk menjalankan ibadah umroh. Namun menurut dokter ibu masih riskan bila terlalu cape. Akhirnya kami menunda keberangkatan umroh sampai kondisi ibu benar-benar fit.

Setiap kali melakukan cek up, sel-sel kanker ibu mulai berkurang dan mengecil. Bahkan pada tahun ke empat dalam masa terapi ini, ternyata sel-sel kanker itu telah lenyap sama sekali. Subhanallah…Sujud syukur kami panjatkan kepada Allah. Karena hanya berkat seijin Allah sajalah sel-sel kanker itu bisa hilang dari tubuh ibu. Akhirnya tahun lalu kami sekeluarga dapat menunaikan ibadah umroh bersama di bulan puasa. Mulanya saya masih khawatir dengan kondisi ibu takut beliau kecapean dan tidak kuat. Namun dengan semangat, ibu tetap bersikeras untuk tetap mau berangkat ke tanah suci. Dan Subhallah...ibu benar-benar kuat saat menjalankan serangkaian thowaf maupun Sa'i.

Tahun ini merupakan tahun ke lima dari terapi ibu. Obat yang dulu semula diminum 3 kali sehari, kini cukup sehari 2 kali karena hanya untuk pencegahan saja.

Ternyata benar apa yang diucapkan oleh dokter Geida, obat itu hanyalah 25 persen selebihnya 75 persennya adalah semangat berjuang untuk terus dapat hidup melawan penyakitnya dan juga doa yang ikhlas. Saya bersyukur sekali, saat ini ibu dapat kembali sehat dan beraktivitas seperti biasa. Bahkan berat badannya sekarang telah normal kembali menjadi 56 kg. Tahun depan ibu juga berencana menunaikan ibadah haji. Semoga Allah masih memanjangkan umur beliau.

Satu hikmah yang yang bisa saya ambil adalah, bila kita diberi ujian oleh sang empunya kehidupan ini yang memberi kita ujian penyakit seberat apapun,separah apapun dan sekecil apapun harapan untuk sembuh menurut dokter, teruslah berusaha untuk sembuh dan jangan patah semangat.Karena sesungguhnya penyakit itu berasal dari Allah dan Allah pulalah yang telah menyediakan obatnya di muka bumi ini.

Semoga bagi anda yang saat ini terbaring lemah atau memiliki keluarga yang sedang sakit, jangan pernah berhenti berdoa dan berusaha untuk kesembuhannya. Harapan itu akan selalu ada.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun