Mohon tunggu...
Harini Rahmi
Harini Rahmi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Life is a process to transfer our values to others. Make ourself meaningfull anytime anywhere for all people

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sejumput KODAX Manis Si Kecil [WPC 11]

3 Juli 2012   03:48 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:19 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sejumput KODAX  Manis si Kecil [WPC 11]

By. Harini Rahmi

Tahun 2010 anak kakak saya lahir dengan jenis kelamin perempuan. Ini adalah cucu pertama bagi orang tua kami. Bayi mungil yang cantik itu diberi nama Karin. Di Minang yang notabenenya menganut sistem matrilinial , penggunaan istilah “keponakan” adalah sebutan bagi seorang laki-laki terhadap anak dari saudara perempuannya. Sedangkan bagi seorang perempuan, anak dari kakak perempuannya disebut “anak”.Contohnya : Yuda, Yuni, Yuri adalah saudara kandung.Yuni memiliki seorang anak bernama Mawar, maka bagi Yuda, anak Yuni [Mawar] disebut “keponakan” sedangkan bagi Yuri, Mawar disebut “anak”.

Mengikuti sistem kebudayaan di Minang Kabau, maka Karin adalah “anak” bagi saya. Karin yang lahir pada 17 Juli merupakan putri yang periang, ramah, dan sangat senang di foto. Jadi tak heran kiranya jika Karin sering saya jadikan objek dari bidikan kamera saya. Untuk WPC 11 kali ini yang bertema potrait photography maka saya memilih beberapa foto Karin.



Ini adalah ekspresi karin kalau lagi nangis ditinggalkan bundanya. Karin kalau menangis tidak seperti kebanyakan anak kecil yang suaranya memecah seluruh ruangan. Dia hanya akan menangis dengan ekpresi mengiba diiringi oleh isak tangis yang pelan.

Foto berikut ini adalah foto yang saya ambil tatkala karin sedang mendengarkan musik di kamar saya. Saat itu hujan deras sekali dan karin memandangi rintik-rintik hujan dari jendela kamar. Sesekali suara gemuruh terdengar mengguncang langit. Setiap kali Karin mendengar suara gemuruh, maka dia akan berkata “Teteh, ada pesawat lewat”. Karin memang sering kali mengamati pesawat yang lalu lalang setiap hari di atas rumah kami, dan akhirnya hanya dengan mendengar suaranya saja dia bisa paham bahwa ada pesawat lewat. Namun entah mengapa setiap guruh pun disebutnya pesawat hehehe. Bagi kami, daripada Karin ketakutan akan suara gemuruh, maka kami biarkan dia menganggap suara guruh tersebut sebagai suara pesawat.

Karin sempat dibotakkan saat berusia 1 tahun dua bulan. Meski kepalanya plontos tapi dia tetap saja PD untuk di foto hehehe. Itulah enaknya dunia anak ya, mereka bebas berekpresi dengan nyaman seperti keinginan mereka, tanpa ada kekhawatiran akan cara pandang orang lain terhadap dirinya.

Ekpresi Karinkalo lagi ngambek adalah seperti foto di atas. Pipinya yang chubby membuatsaya tidak tega membiarkannya ngambek terlalu lama.

Mandi adalah saat yang paling disenangi oleh Karin. Baginya aktivitas mandi merupakan saatnya relaksasi seperti berenang.



Saat salah seorang anggota keluarga pulang haji tahun lalu, mama diberikan sebuah kerudung persegi empat yang berbahan sangat lembut. Saya sempat mengabadikannya dengan memasangkan kerudung tersebut kepada Karin. Dia tampak sangat menggemaskan ketika dikenakan kerudung cantik tersebut.

Om dan tante Karin suatu ketika meminta Karin untuk menutup hidungnya. Dan entah mengapa ekspresi yang ditunjukkan Karin untuk menutup hidung adalah seperti tampilan di gambar di atas hehehehe.

Karin yang mulai fasih berbicara membuat orang di sekelilingnya sangat terhibur oleh setiap celotehannya yang polos. Ah Karin, kalo lihat kamu nak bikin kami semua tak bisa menolak untuk tersenyum. Yuk kodak lagi, potrait lagi, klik lagi, jepret lagi :D

Itulah sekilas cerita saya mengenai Karin, anak saya. Melalui foto-foto tersebut saya berharap bisa mentransfer sejumlah senyuman kepada para pembaca.

Salam Kampretos.

Intip postingan WPC 11 lainnya di :

http://lifestyle.kompasiana.com/hobi/2012/06/30/weekly-photo-challenge-portrait-photography/

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun