Mohon tunggu...
Harini Rahmi
Harini Rahmi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Life is a process to transfer our values to others. Make ourself meaningfull anytime anywhere for all people

Selanjutnya

Tutup

Nature

Bumiku dalam Gulungan Tissue

21 April 2012   17:48 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:18 7284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bumi ini sudah teramat renta untuk menampung manusia dan menyediakan seluruh kebutuhannya. Manusia bukannya menjadi makluk yang bersyukur dan bijak dalam hidup, yang ada justru meluluh lantahkan bumi ini. Bumi sudah sekarat. Dan mirisnya lagi perbuatan kecil makhluk hidup yang bernama manusianyatanya mampu menjadi bahan bakar yang membuat bumi kian tak berenergi alias kronis.

Teringat sindiran seorang teman yang pernah berkata, “Menggunakan tissue adalah bentuk kemunduran moral manusia walaupun secara jamak orang berpendapat mereka adalah kaum elit/modern”.

Jangan mengaku menjadi kaum muda yang trendy kalau kamu tidak selektif dalam memilih produk. Salah satunya adalah tissue. Makhluk yang tipis ini ternyata mampu menggulung bumi. Nggak Percaya? Check it up ....

Do you know?

Bahan baku utama dari tissue adalah Tpulp atau bubur kertas = kayu = pohon

1 Box tissue (isi 20 sheet) diproduksi dari 1 batang pohon.

Menurut Koesnadi dari Sekjend Sarekat Hijau Indonesia (SHI) tentang Hitungan sederhana bagaimana penyusutan Hutan Alam Indonesia akibat dari penggunaan tissue oleh masyarakat.

“Jika jumlah penduduk Indonesia 200 juta orang dan setiap satu harinya 1 orang menggunakan ½ gulung kertas tisu Artinya penggunaan kertas tisu bisa mencapai 100 juta gulung tisu per hari, berarti per bulan nya pemakaian tisu di indonesia mencapai 3 milyar gulung. Bila berat kertas tissu itu 1 gulung mencapai ¼ kg, maka 3 milyar dihasilkan angka kira-kira 750.000.000 kg setara dengan 750.000 Ton, Bila untuk menghasilkan 1 ton pulp diperlukan 5 m3 kayu bulat, dengan asumsi kayu bulat 120 m3 per hektar (diameter 10 up) maka sudah bisa ditebak penggunaan hutan untuk urus kebersihan mencapai ratusan ribu hektar setiap bulannya". (Sumber: dari sini)

Meskipun kita ikut serta menyukseskan program 1 orangmenanam 1 pohon sekalipun, aksi ini belum berarti apa-apa jika dibandingkan dengan jumlah tissue yang kita gunakan. Pohon yang dapat ditebang dan diolah adalah pohon yang telah berusia minimal 6 tahun. Ayo hitung, 1 hari kita menggunakan berapa helai tissue? Ya untuk mengeringkan keringat, wajah berminyak, membersihkan make up, membersihkan kotoran, membersihkan tangan sehabis makan, mengeringkan makanan yang berminyak dan lain sebagainya. Dan satu bulan berapa banyak tissue yang kita pakai, apalagi 6 tahun. Tidak cukup dengan 1 batang pohon yang kita tanam guys. (Saya disini mengkritisi penggunaan tissuenya, bukan aksi 1 orang menanam 1 batang pohon. Untuk aksi itu saya totally mendukungnya, karena aksi kecil itu akan berdampak besar bagi keberlangsungan bumi ini tentunya dilengkapi dengan kebijaksanaan kita dalam memilih produk yang ramah lingkungan, misalnya stop (atau minimal mengurangi) penggunaan tissue.

1 Batang pohon punya arti besar, karena dapat menghasilkan oksigen yang dibutuhkan untuk 3 orang bernapas dan dapat pula menyerap karbondioksida untuk akhirnya memproduksi oksigen yang dibutuhkan makhluk hidup. Selain itu, 1 batang pohon juga berkontribusi besar bagi penyerapan air sehingga mencegah terjadinya banjir.

Selain itu bahan baku tissue, masih ada pula masalah lain yang muncul dari keberadaan tissue itu sendiri. Tissue sulit untuk diuraikan di dalam tanah, karena selain kayu, tissue juga terdiri dari bahan yang bersifat anorganik yang tidak dapat diuraikan oleh tanah dalam waktu cepat. Hal hasil sampah tissue kian menumpuk dan tidak memberikan energy positif bagi bumi. So, tissue sangat tidak ramah terhadap bumi ini, mulai dari pembuatannya hingga saat tissue itu sudah tidak digunakan lagi (sampah tissue).

Menggunakan tissue sama halnya secara sadar ikut serta dalam upaya PENEBANGAN HUTAN = mengakibatkan terjadinya GLOBAL WARMING.

Sapu tangan atau Mesin Pengering Elektrik atau Tissue?

I.Sapu tangan

Harga Sapu tangan cenderung terjangkau, mulai dari harga Rp. 1.500,- sampai Rp. 25.000,- (tergantung kualitas bahan/kain dan sizenya). Sapu tangan yang kotor dapat dicuci dan dapat digunakan berkali-kali (re-use).

II.Pengering Elektrik

13350301161482852281
13350301161482852281

Pengering Elektrik itu sebenarnya sangat sederhana karena hanya terdiri dari koil, fan dan switch elektrik, tidak memerlukan banyak perawatan, dan bisa tahan sampai 7 tahun. Jadi setelah pemasangan, pengering elektrik sudah tidak memerlukan pengeluaran lainnya selain listrik yang digunakan.

Kalau 1 orang menggunakan rata-rata 20 detik waktu pengering dengan konsumsi rata-rata 2 KW maka:

(20 detik/3600 detik) x 2KW = 0.01 KwH per orang

Dengan asumsi harga per KwH 1000 rupiah, maka:

0.01 KwH x 1000 rupiah = 10 rupiah per orang per pemakaian 20 detik

III.Penggunaan Tissue Gulung (paper towel):

13350303051062764278
13350303051062764278

Kita dapat asumsikan rata-rata penggunaan tissue sebanyak 2 lembar per pemakaian.

Harga rata-rata 1 gulung paper towel dengan total 150 lembar rata-rata Rp. 10,000-15,000.

Jadi harga per lembar itu adalah kira-kira Rp. 60 – 100.

Kalau 1 orang memakai 2 lembar tissue maka harga untuk sekali pemakaian adalah minimal Rp. 120 – 200 lebih mahal dibandingkan pengering elektronik.

Sumber :http://notinformation.com/kisah-selehai-tissue.html

So, penggunaan tissue adalah tindakan yang sangat tidak bijak karena tidak ramah lingkungan dan mahal.

Dari pada lo nggak untung dan bumi kian buntung,

Mending lo ngacung untuk menggunakan sapu tangan/serbet kain/mesin pengering elektrik ok mbak dan bung???

Dari aksi kecil kita mampu membuat perubahan besar bagi bumi ini.

Yuk selamatkan bumi^_^

Salam Go Green

--  Arin

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun