Mohon tunggu...
Arimbi Rindu Nastiti
Arimbi Rindu Nastiti Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya seorang mahasiswa Universitas Negeri Semarang dengan program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD).

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Inovasi Mahasiswa PGSD UNNES: Ular Tangga Budaya Nusantara dengan Integrasi Wordwall Di Desa Trangkil Pati

3 Oktober 2025   21:59 Diperbarui: 3 Oktober 2025   21:59 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kegiatan sosialisasi Ular Tangga Budaya Nusantara dengan spin kartu Wordwall 

Semarang, 3 Oktober 2025 - Inovasi pembelajaran berbasis permainan kembali hadir dari mahasiswa Universitas Negeri Semarang (UNNES). Arimbi Rindu Nastiti, mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi, Universitas Negeri Semarang  berhasil mengembangkan media pembelajaran berupa Ular Tangga Budaya Nusantara.

Permainan edukatif ini dirancang untuk mengenalkan sekaligus menanamkan kecintaan pada keberagaman budaya Indonesia kepada anak-anak. Tidak hanya menyenangkan, Ular Tangga Budaya Nusantara juga memuat nilai edukasi yang mengajarkan anak mengenal tarian daerah dan alat musik tradisional di Indonesia. Permainan ini tidak hanya menghadirkan papan ular tangga berisi konten budaya nusantara, tetapi juga diintegrasikan dengan teknologi spin kartu melalui aplikasi Wordwall. Fitur ini menambah keseruan karena setiap pemain yang berhenti di kotak tertentu akan diarahkan untuk memutar spin digital, lalu menjawab pertanyaan atau tantangan seputar tarian dan alat musik tradisional di Indonesia. 

Suasana seru saat memutar spin kartu Wordwall. 
Suasana seru saat memutar spin kartu Wordwall. 

Sosialisasi media pembelajaran ini dilaksanakan di Desa Trangkil, Pati. Anak-anak terlihat sangat antusias karena selain bermain ular tangga, mereka juga mencoba langsung spin kartu di Wordwall melalui perangkat digital.

Menurut Arimbi, media ini dibuat untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih interaktif, sehingga anak-anak tidak cepat bosan. "Seperti yang kita tahu bahwa anak-anak zaman sekarang jarang tahu mengenai tarian dan alat musik tradisional di Indonesia, padahal kekayaan budaya tersebut merupakan warisan leluhur yang perlu dilestarikan sejak dini. Harapannya, anak-anak terutama di Desa Trangkil dapat lebih mengenal hal tersebut melalui media yang saya buat," jelasnya.

Inovasi ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi pendidik maupun mahasiswa lain untuk terus mengembangkan media pembelajaran kreatif yang relevan dengan kebutuhan siswa sekolah dasar.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun