Mohon tunggu...
Ari Maryadi
Ari Maryadi Mohon Tunggu... Jurnalis - Fatamorgana

Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Makassar

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Kuasa Bahasa di Ruang Publik

12 Januari 2020   15:01 Diperbarui: 14 Januari 2020   07:37 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: advertisingweek360.com)

ceritaberita.co.id
ceritaberita.co.id
Ponakan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo itu menjalankan praktik kuasanya kepada khalayak melalui kuasa simbol. Ia mencoba meminta dukungan untuk melanjutkan pemerintahan periode kedua. Padahal tidak ada kosakata Pilkada, janji-janji, ataupun program-program kampanye dipajang. Hanya tulisan "Doboloki"  2020.

Namun konteks Pilkada yang sedang berlangsung tak bisa dipisahkan. Itu menandakan "Doboloki" merupakan kuasa simbolik, sekaligus penegasan petahana maju kembali. Slogan simbolik itu menandakan Adnan telah menabuh gendang pertarungan kepada para penantang yang berani melawan.

Sementara pemilihan bahasa Makassar dimaksudkan untuk mendekatkan dirinya kepada warga pribumi, karena bahasa merupakan identitas sosial. Ia ingin menegaskan bahwa dirinya adalah bagian dari warga pribumi. Adnan memang adalah putra Gowa, yakni cucu pejuang kemerdekaan asal Bontonompo, HM Yasin Limpo.

Sebelumnya, seorang penantang bernama Darmawansyah Muin sempat menggunakan slogan simbolik. Ia memilih kosakata "Gowa Berua", bahasa Makassar bermakna Gowa Baru. Jika diselisik, slogan simbolik itu disampaikan guna menanamkan pesan kepada khalayak tentang kehadiran pemimpin baru di Gowa.

Simbolik itu digaungkan untuk menyatukan dan merangkul orang-orang yang menginginkan pemimpin baru. Termasuk penyampaian pesan opsi pemimpin baru untuk Gowa yang telah dipimpin klan Yasin Limpo selama lima periode berturut-turut.

Sama seperti Adnan, Darmawansyah Muin turut memainkan bahasa Makassar untuk mendekatkan diri dengan masyarakat pribumi. Politikus Partai Gerindra mencoba menyampaikan pesan bahwa dirinya adalah pemimpin yang lahir dari keluarga pribumi.

Darmawangsyah memang seorang putra Gowa. Ia adalah cucu Letnan Jenderal Her Tasning yang diabadikan namanya menjadi jalan.

Tak ketinggalan, salah seorang kandidat lainnya, Nurhikmah Daeng Cora, memainkan simbolik "Corana Gowa". Ia turut memilih bahasa Makassar sebagai penanda identitas pribumi.

Cora bermakna cahaya yang terang benderang. Maka simbolik Corana Gowa ingin menyampaikan pesan bahwa Daeng Cora adalah calon pemimpin pemberi cahaya bagi masyarakat.

Uraian di atas adalah contoh realitas dalam kehidupan sosial kita. Bahasa dan kekuasaan hadir dalam sendi-sendi kehidupan. Norman Fairclough (1989) mengatakan bahwa bahasa merupakan praktik sosial.

Penalaan terhadap bahasa bukan hanya penalaan terhadap struktur linguistik semata, tetapi juga penalaan terhadap kehidupan sosial. Kekuasaan tidak terpisahkan dari interaksi sosial dan akan memperoleh maknanya dalam interaksi sosial itu. Menguasai bahasa berarti menguasai sumber-sumber sosial itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun