Pertandingan. Berhadapan dalam tatanan aturan di lapangan selalu saja memunculkan pertentangan yang terkadang menyisakan dendam. Kemarahan terkadang menjadi akhir sebuah perjuangan untuk meraih kemenangan. Tapi,Â
Anak-anak muda di Nepal tiba-tiba saja menggila. Amuk massa tak bisa dihindarkan, pemerintahan kacau, kehidupan mengharu biru tanpa aturan. Kathmandu, Ibu Kota Nepal, tiba-tiba menjadi arena anak-anak muda untuk meluapkan kekesalan, ketidakpuasaan, ketidakadilan, dan ketidakberdayaan para penguasa menangkap sinyal generasi muda. Negeri bergejolak dan bara kemarahan hidup menggila dalam tatanan masyarakat tiba-tiba.Â
Perdana Menteri Nepal, KP Sharma Oli, telah mengundurkan diri setelah kemarahan publik atas tewasnya 22 orang dalam bentrokan antara polisi dan pengunjuk rasa antikorupsi. Kantornya menyatakan bahwa ia mengundurkan diri untuk membuka jalan bagi solusi konstitusional bagi protes besar-besaran yang dipimpin pemuda atas tuduhan korupsi yang meluas dan dipicu oleh larangan media sosial, yang kini telah dicabut. Protes berubah menjadi kekerasan ketika ribuan orang –,banyak yang mengidentifikasi diri mereka sebagai Gen Z melalui plakat dan spanduk,– turun ke jalan di Kathmandu pada Senin 8 September 2025. (1)
Bukan sebuah kebetulan jika rakyat diberbagai negara tiba-tiba meluapkan kekecewaan kepada para penguasa. Demo muncul dimana-mana, kekerasan menjadi penguasa, nyawa menjadi bulan-bulanan dan hidup dalam moncong bermacam senjata. Selalu saja pertentangan antara penguasa, penjaga, dan rakyat dalam arena yang mematikan kemanusiaan. Kesedihan tiba-tiba merembes ke segala pelosok bumi; Timur Leste, Australia, Indonesia, Inggris, Perancis, Turki dan Filipina. Tetesan  air mata memenuhi berbagai negara, melemahkan sendi kehidupan masyarakat termasuk di  negeri tercinta.Â
Kesedihan tiba-tiba merembes ke segala pelosok bumi; Timur Leste, Australia, Indonesia, Inggris, Perancis, Turki dan Filipina. Tetesan  air mata memenuhi berbagai negara, melemahkan sendi kehidupan masyarakat termasuk di  negeri tercinta.Â
Generasi visi
Anak muda. Anak muda harus menjadi garda depan dalam membangun negeri, tidak terprovokasi merusak kehidupan apalagi turut menjadi biang penderitaan rakyat. Anak muda selayaknya menjadi penjuang tangguh yang terus menyuarakan keadilan dan kemanusiaan, bukan malah menghancurkan apalagi menjadi bagian pemusnah peradaban. Saatnya bergerak dalam kepak sayap menyelamatkan bumi rumah kita bersama. Alam, kehidupan dan nadi bersama.Â
Maka, ketika 214 sekolah SMP dan SMA berkumpul bersama di lapangan mini soccer Kolese Kanisius-Jakarta pada Sabtu, 20 September 2025, meneriakkan janji untuk saling bergandeng tangan, meski arena pertandingan dan perlombaan harus menentukan seorang pemenang.Â
Pertandingan demi pertandingan, perlombaan demi perlombaan bergaung di Menteng Raya 64, tidak lagi menunjukkan bahwa sebuah perebutan kemenangan harus diwarnai dengan kekerasan. Kita bisa bersahabat, kita bisa menjadi kerabat.Â