Semar. Semar dianggap membawa ontran-ontran di dunia. Padahal, setiap jengkal kehadirannya adalah membuat keseimbangan semesta.Â
Semar selalu saja menjadi tokoh yang dianggap menyimpan kekuatan untuk menguasai dunia. Tokoh superhero  dalam dunia pewayangan dengan kakuatan dewa itu seharusnya menjadi penguasa dunia. Tidak salah, jika Teater Koma mewujudkannya menjadi sebuah simbol penyelamat dunia.Â
Semar menyimpan sebuah kekuasaan para dewa, kekuasaan untuk menyelamatkan semesta, Â meski tidak harus duduk sebagai penguasai seluruh negeri. Dia adalah guru dengan petuah dan teladan bijaksana bagi seluruh negeri. Dia pun tidak akan pernah melepaskan diri dari peran pembimbing dan pendamping umat manusia. Kehadirannya adalah pertanda alam semesta masih dikuasai kabaikan dan kebijaksanaan.Â
Dalam tiga hari pertunjukan, 13-17 Agustus 2025 di Ciputra Artpreneur, ribuan penonton terbuai dalam jalinan cerita sepanjang 2,5 jam, tetap terdiam tak beranjak. Dialog-dialog penuh sindiran tajam menusuk kehidupan, tarian dalam ragam gerak membuai mata, sementara lagu dalam iringan musik menuntun penonton untuk tetap terkesima detik demi detik dalam panggung yang terus dipenuhi tatanan lampu memanjakan cerita. Dalam setiap pertunjukan, Teater Koma berhasil mempersembahkan jalinan cerita bermakna sampai tirai menandai akhir cerita.Â
Malam itu, Semar dengan barisan Punakawan tampil dalam perburuan kedengkian akan kesaktian yang tersimpan dalam jiwa raganya. Hidup dalam wajah-wajah rakyat yang sebenarnya, tidak membutakan Semar untuk tampil sebagai penguasa. Karena, baginya rakyat harus terus dibela dan diberikan kehidupan layak.Â
Kebijaksanaan dan kerendahan hati Semar ternyata memancing perburuan akan kedigdayaan dan kesaktian yang dimiliki. Maka, Jimat Kalimasada yang ada dalam tubuh Semar seolah menjadi jawaban agar kekuasaan Bangsa Nimacha tidak terancam dalam kepunahan. Kepunahan harus dihindarkan dan Jimat Kalimasada harus terkuasai. Semar harus ditangkap, Jimat Kalimasada harus dikuasai. Maka, Bangsa Nimacha akan menjadi bangsa besar.Â
Dialog-dialog penuh sindiran tajam menusuk kehidupan, tarian dalam ragam gerak membuai mata, sementara lagu dalam iringan musik menuntun penoton untuk tetap terkesima detik demi detik dalam panggung yang terus dipenuhi tatanan lampu memanjakan cerita.Â
Simbol Perjuangan
Penggambaran dunia masa kini dalam segala macam akal imitasi (AI) yang terus menguasai begitu hidup dalam tatanan panggung modern yang memadukan teknologi dan jalinan lampu artistik. Gambaran peperangan dunia imitasi dan dunia nyata jelas tergambar dalam setiap scene adegan yang mengalirkan simbolisme teater modern yang tak gengsi meletakkan teknologi menjadi serpihan cerita yang begitu nikmat untuk dicicipi. Â