Mohon tunggu...
Ari Indarto
Ari Indarto Mohon Tunggu... Guru - Guru Kolese

Peristiwa | Cerita | Makna

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kisah tentang Bapak (1): Merenda Perjuangan Hidup

13 Mei 2023   19:25 Diperbarui: 13 Mei 2023   19:38 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Guru Kehidupan (dokpri)

Bapak. Bapak bukan hanya menjadi guru kehidupan. Di pundaknya kekuatan hidup teredam, dalam guratan wajah terlukis rangkaian tanda kehidupan. Kehidupannya tak pernah selesai meski tak bisa lagi berbuat apa-apa. 

Bapak seorang pegawai negeri. Dilahirkan dengan nama Karmin, Bapak menjadi anak ketiga dari sembilan bersaudara. Dalam pengabdian selama 35 tahun, banyak lika-liku perjungan dialami. 

Sebagai guru, terkadang kehidupannya identik dengan kemiskinan, berkekurangan. Tapi, Bapak tidak pernah menjadikan ketiadaan sebagai sebuah beban untuk tetap berjalan dalam rel-rel kebenaran. Kebenaran dan kejujuran adalah roh hidup yang harus diajarkan bukan hanya kepada anak-anaknya, tetapi juga kepada murid-muridnya. 

Guru adalah Jalan Hidup

Pilihan sebagai guru sejarah bukan hanya sebuah pilihan yang kebetulan. Setiap peristiwa yang terjadi pada masa lalu  harus dimaknai sebagai sebuah cerita masa depan. Sejarah bukan hanya tentang sebuah peristiwa, tetapi sebuah makna yang pasti akan terus menjadi nadi kehidupan. Apalagi perjuangan-pejuangan bapak bangsa selalu membuktikan arti membela kebenaran. 

Menjadi guru sejarah menjadi menandai perjuangan hidup di sekolah. Memang, Bapak tidak terlahir dari orang berada. Apalagi saat itu, tahun 1943 bangsa Indonesia harus terus perjuang melawan Jepang, Di tengah-tengah perjuangan itulah, Bapak lahir dalam sebuah keluarga yang sederhana. Orang tua sebagai petani dengan sembilan anak, menjadikan Bapak harus berjuang mendapatkan sekolah. Maka ngenger (mengikuti orang lain hidup di kota/menjadi pembantu) harus dijalani. 

Bapak hidup bersama seorang pegawai keraton dan pedagang. Bekerja di sana tanpa di bayar. Bapak disekolahkan keluarga itu hingga lulus PGSLP. Di sela-sela sekolah, setiap hari bapak harus melakukan bermcam-macam pekerjaan; memasak, membersihkan rumah, mengantar anak, mencuci, bahkan mengantar barang-barang dagangan kepada pembeli. Serangkaian pekerjaan setiap hari terus terjadi di sela-sela perjuangan menuntut ilmu. Rasa syukur ketika Bapak dapat menyelesaikan pendidikan di PGSLP; sekolah untuk calon guru SMP.  Bapak pun mendaftar sebagai guru pegawai negeri. 

Bapak beruntung ketika selesai kelulusan, pemerintah langsung menempatkannya sebagai pegawai negeri. Saat itu, memang lulusan-lulusan sekolah guru begitu mudah untuk diangkat menjadi pegawai negeri. Sebuah sekolah yang sangat jauh dari kota, sangat jauh dari kota Yogyakarta menjadi tempat pertama untuk Bapak mengajar. SK penempatan sebagai guru di sebuah SMP Negeri Tepus, Gunungkidul. Sekolah ini menjadi sekolah pertama yang akan menguji Bapak sebagai guru. 

Ketiga anak beraksi (dokpri)
Ketiga anak beraksi (dokpri)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun