Mohon tunggu...
A Zainudin
A Zainudin Mohon Tunggu... Lainnya - Penyuka Sastra

Menulis sesuai kata hati.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kisah Seribu Wajah

21 Oktober 2020   13:28 Diperbarui: 21 Oktober 2020   14:14 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film "Sayekti dan Hanafi:. Sumber: Youtube (Diunggah  TVRI)

Sudah cukup lama aku di negeri ini, beranak pinak di sini. 

Awalnya, anak-anakku begitu sederhana. Dengan warna-warna sahaja dan polesan seadanya, mereka tampil menyapa orang-orang di negeri ini.  Melalui satu-satunya televisi yang ada, aku mulai melahirkan anak-anakku.  Dengan dana pas-pasan aku berusaha agar anak-anakku lahir cantik dan ganteng.  Meski berpakaian sederhana, tapi anak-anakku nampak sehat dan cerdas.  Dari atraksi mereka, lahir cerita-cerita yang mewarnai negeri ini. 

Awalnya mereka berupa panggung yang dipermak menjadi berbagai macam suasana.  Tapi hebatnya, panggung sederhana itu mampu ditutupi dengan cerita-cerita yang hebat, dialog-dialog yang cerdas, serta pesan yang penuh pelangi yang indah. Cerita-cerita itu bukan cerita tentang mimpi yang indah namun cerita sehari-hari di sekitar mereka.  Hanya saja, cerita sehari-hari itu kami selipi dengan pesan-pesan lembut selembut pelangi. Meski cerita hanya berkisar dialog di antara dua orang sepanjang cerita, tak menghalangi tersampaikannya pesan kami itu.

Cerita yang kami sajikan sangat bervariasi dan aman dinikmati semua kalangan, meskipun kami juga menyajikan sajian-sajian khusus sesuai kelompok penikmat kami.  Untuk anak-anak misalnya, kami sajikan cerita untuk mereka baik berupa dongeng-dongeng maupun kisah hidup yang dimainkan oleh anak-anak juga.  Kami jaga agar tidak keluar kata-kata kasar, adegan berdarah dan cerita yang mudah diterima seusia mereka. Biasanya kami hadir setiap akhir pekan sore.

Untuk keluarga, kami sajikan di Sabtu sore atau hari Minggu pagi.  Isinya berupa obrolan sederhana namun berisi cerita.  Saat kami sudah punya kemampuan melahirkan anak-anak secara berkesinambungan, kami membuat tema yang bisa dinimati semua kalangan, menarik namun tetap memberikan pelajaran hidup.

Ada beberapa kisah yang akhirnya mampu menjadi legenda di negeri ini.  Salah satu rangkaian anak kembar kami yang sangat disukai adalah kisah mengenai satu keluarga yang menjadikan rumahnya sebagai losmen untuk menjadi sumber penghasilan keluarga 1). 

Losmen itu menjadi tempat keluar masuk manusia yang darinya lahir juga cerita-cerita indah yang kami olah menjadi tontonan menarik.  Tampilan anak-anakku ternyata sangat disukai di negeri ini.  Pemain-pemain yang membantu anak-anakku menjadi terkenal dan berpenghasilan tinggi.  Mereka juga akhirnya ditawari keluarga-keluarga sejenis kami, namun hanya menghasilkan pariwara.  Bahkan anak-anak kami juga ditawar untuk dibuat kembarannya menjadi lebih ekslusif dan berkesan wah.

Ada juga kisah hebat mengenai dokter wanita yang cantik, cerdas, berdedikasi dan sangat mencintai pekerjaannya.  Kisah romantisme dengan calon suaminya yang kami padu dengan keteguhan hatinya menerima tugasnya sebagai dokter di desa membuat anak-anak kami yang lahir mingguan itu ditunggu-tunggu penduduk negeri ini seperti anak-anak kami sebelumnya 1). 

Kisah lainnya, yang bernuansa remaja dengan segala konfliknya yang menunjukkan kecintaan pada tanah air ini, juga menjadi tren pada jamannya.  Tentu saja tetap sesuai kriteria sehat kami waktu itu, mengandung unsur pendidikan namun tetap menghibur 1).

Kisah-kisah tersebut membuat penduduk negeri ini menggemari cerita-cerita kami.  Banyak yang berkata bahwa anak-anak negeri ini menjadi lebih baik setelah melihat penampilan anak-anakku.  Kesederhanaan kami tak menghalangi pandangan mereka yang tulus kepada kami.  Meski anak-anakku sederhana, namun mereka cerdas dan bisa memancarkan kecerdasannya ke semua orang.  Meski mereka terlihat kusam dan kumuh, namun kehadiran mereka memberikan cahaya ke semua orang.  Rumah-rumah bercahaya, sekolah-sekolah bercahaya, di ladang, kebun, pantai dan pelosok desa dan kota.  Anak-anak taat pada orang tuanya, rajin belajar dan membantu kerja di rumah.  Remaja-remaja terlihat sederhana, namun mereka cerdas dan kreatif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun