Mohon tunggu...
A Zainudin
A Zainudin Mohon Tunggu... Lainnya - Penyuka Sastra

Menulis sesuai kata hati.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mengorbankan Kurban

31 Juli 2020   15:36 Diperbarui: 31 Juli 2020   16:13 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kurban, Sumber: ekonomi.kompas.com

Sebuah pesan melalui aplikasi Whastapp diterima Suhani malam itu.  Dari Mama Iyo, tetangga sebelah.

Assalamualaikum Bu, mohon maaf mengganggu malam-malam.  Maaf juga bakal merepotkan Bu Hani lagi.  Saya mau minta tolong lagi, Bu. Bu Haji sudah menagih kontrakan kami, kami belum punya uang.  Papanya Iyo baru masuk kerja lagi, Jika bisa, mohon dibantu pijami uang lagi Bu. Insyaallah akan kami bayar akhir bulan depan pas Papa Iyo gajian, Bu. Maaf utang yang kemarin belum bisa kami bayar.

Suhani menghela nafas. Akhir bulan begini memang banyak yang susah.  Nyaris semua orang lagi kesulitan. Apalagi Mama Iyo sudah ditagih bayar kontrakan.  

Masalahnya, keluarganya juga tidak terlalu berlebih saat ini.  Suhani tahu persis, banyak tagihan yang harus dibayar suaminya bulan ini.  Uang kegiatan sekolah untuk dua anaknya, dan satu yang harus bayar uang kos untuk enam bulan. 

Sebenarnya masih ada uang.  Tapi itu sudah dicadangkan suaminya untuk membayar Kurban pada Idul Adha yang sebentar lagi tiba.  Sisa lainnya, benar-benar pas sampai akhir bulan.  Kemungkinan besar tak cukup untuk dipinjamkan.

Suhani tak berani memutuskan.  Menolak ia juga tak tega.  Bukan apa.  Bertahun-tahun bertetangga dengan mereka, Suhani mau tak mau paham kondisi perekonomian keluarga itu. 

Sebenarnya, keluarga itu dalam kondisi normal cukup mampu.  Penghasilan Papa Iyo sebagai waiter di sebuah restoran elit di Kawasan Blok M cukup mampu menghidupi keluarga kecil itu ditambah membantu Nenek  Iyo yang tinggal di sebelahnya. Tapi, badai Corona yang datang awal Maret lalu membuat kondisi mereka lumayan terpuruk.  

Papa Iyo tidak diberhentikan dari pekerjaannya, namun sementara dirumahkan menunggu restoran bisa buka kembali.  Selama dirumahkan, mereka mengandalkan Mama Iyo yang bekerja sebagai asisten rumah tangga di komplek perumahan terdekat.   

Dan sejak sebulan terakhir, Papa Iyo berjualan minuman instan yang dijajakan dengan menggunakan motor yang sudah dimodifikasi.  Meskipun belum mampu menyamai penghasilan sebelum wabah datang, setidaknya ada tambahan penghasilan yang membuat mereka mampu bertahan.

Kondisi keluarga Suhani sendiri sebenarnya tidak berlebih juga.  Cukup, dalam arti tidak kurang menutupi kebutuhan sehari-hari termasuk untuk biaya sekolah anak-anak mereka yang sudah besar dan banyak biaya.   Suhani bersyukur mereka masih lebih beruntung dibadingkan Mama Iyo yang masih kesulitan melepaskan diri dari masalah perekonomian.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun