Ibunya meninggal dunia, sementara Ayah dan saudaranya sempat kritis di Rumah Sakit. Â Beruntung Ayah dan saudaranya berangsur pulih.
Namun mental Yuni terlanjur terpuruk. Â Shock yang dialaminya membuat konsentrasi bermainnya terganggu sehingga ia sempat berhenti. Â Yuni Kembali ke lapangan tahun 1994 dan kembali maju ke babak semifinal di Kejuaraan Swedia Terbuka dan Indonesia Terbuka. Â
Yuni juga ikut ambil bagian dalam Tim Uber cup yang merebut piala Uber Cup tahun tersebut meskipun dia tidak dimainkan di babak semifinal dan final. Â
Yuni masih bermain hingga tahun 1996, namun ia merasa tidak mampu bermain dengan baik hingga akhirnya memutuskan pensiun di usianya yang baru menginjak usia 23 tahun.
3) Kristin Yunita
Generasi sekarang mungkin hampir tidak ada yang mengenal Kristin Yunita, padahal dia adalah pemegang gelar juara tunggal puteri pada ajang resmi Kejuaraan Dunia Yunior bulutangkis Dunia yang diadakan pertama kali di Jakarta dengan mengalahkan Yao Yan, pemegang gelar terakhir Kejuaraan Invitasi Yunior Bulutangkis Dunia Bimantara 1991. Â Kristin meraih gelarnya tersebut pada usia 17 tahun.
Sayang, karier Kristin mandeg setelah itu. Â Tak ada catatan prestasinya sama sekali. Â Dia tenggelam saat lawan-lawannya di level yunior mulai wara wiri meraih prestasi di level yunior seperti Mia Audina, Yao Yan atau bahkan Hang Jingna, Juara ganda puteri di gelaran yang sama yang kemudian menjadi pemain tunggal puteri top dunia. Â
Infonya, cedera menjadi alasan terhambatnya prestasinya tersebut hingga akhirnya Kristin mundur  dari dunia bulutangkis di usia yang masih muda.
4) Â Mia Audina
Mia Audina memang "hanya" mampu menjadi semifinalis pada Kejuaraan Dunia Bulutangkis Yunior Bimantara Tahun 1992, baik di tunggal puteri maupun ganda puteri (berpasangan dengan Indarti Isolina). Â