"Jadi hoaks itu ancaman yang nyata dan pemerintah harus turun tangan untuk mengatasinya," jelas Faisal.
Tips hindari hoaks
Bagaimana publik bisa membentengi diri dari hoaks agar tidak terus menjadi 'korban' dari rentetan hoaks yang kerap muncul dari waktu ke waktu? Berikut beberapa langkah yang bisa ditempuh sebagaimana di kutip dari berbagai sumber.
Pertama dan terutama, selalu cek sumber informasi awalnya. Â Selalu cari tahu siapa yang menyebarkan berita tersebut. Apakah sumbernya kredibel dan bisa dipertanggungjawabkan atau hanya serangkaian postingan tanpa fakta krediber dari akun-akun anonim di media sosial? Kalau sumbernya dari yang kedua, hampir bisa dipastikan itu adalah hoaks.
Kedua, verifikasi dengan sumber lain atau situs berita yang kredibel jika ada. Seperti dalam isu kapal JKW Mahakam tersebut, media berita Kompas.com melakukan penelusuran melalui situs pelacakan kapal Vesselfinder.com  untuk memverifikasi kebenaran isu tersebut. Hasilnya seperti yang diungkap dalam pemberitaannya.
"Kapal JKW Mahakam 5, posisi terakhir kapal ini yakni berlabuh di Pelabuhan Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Kemudian Kapal JKW Mahakam 7, posisi terakhirnya terlacak di Pelabuhan Panjang, Lampung. Kapal JKW Mahakam lainnya yang bisa dilacak di vesselFinder adalah JKW Mahakam 3, kapal ini terakhir kali lego jangkar di Pelabuhan Bunati, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Masing-masing data pelacakan kapal JKW Mahakam lainnya yakni JKW Mahakam 1 terlacak terakhir berlabuh di Pelabuhan Palembang, JKW Mahakam 2 ada di Pelabuhan Banjarmasin, JKW Mahakam 7 berada di Pelabuhan Kendari.
Sisanya, yakni Kapal JWK Mahakam 3, JKW Mahakam 6, dan JKW Mahakam 8, posisinya tidak terlacak AIS situs vesselFinder. Sementara untuk Kapal Dewi Iriana, posisinya tak bisa diketahui dari vesselFinder karena berstatus sebagai kapal tongkang sehingga tak dilengkapi dengan AIS, pergerakan Kapal Dewi Iriana mengikuti kapal tug boat penariknya. Bila melihat pergerakan kapal-kapal tersebut, beberapa kapal dengan nama JKW Mahakam lebih banyak wara-wiri di pelabuhan yang menjadi pusat bongkar muat komoditas tambang batu bara."
Berita lengkapnya bisa dicek di tautan ini. Atau bisa pula kita mengeceknya melalui laman resmi Kementerian Komunikasi dan Digital Indonesia di www.komdigi.go.id untuk memeriksa kebenaran suatu informasi.
Literasi digital
Ketiga, cara untuk menghindari hoaks adalah dengan menghindari penarikan kesimpulan dari judul artikel saja. Banyak orang membagikan informasi hanya berdasarkan judul artikel yang sensasional alias berita-berita clickbait. Padahal, isi berita bisa sangat berbeda dengan judulnya.
Keempat, terus lakukan literasi digital secara mandiri. Edukasi tentang dunia digital dan cara mengenali konten-konten yang manipulatif sangat penting. Karena hoaks terus berkembang baik cara maupun teknik penyajiannya.
Singkat cerita, Diskusi Media oleh KJEJ tersebut menegaskan bahwa melawan hoaks bukan hanya tugas pemerintah atau media. Ini adalah tanggung jawab kolektif: regulator, akademisi, media, perusahaan, dan masyarakat sipil harus bersinergi.
Ketua KJEJ, Windarto yang juga menjadi konsultan komunikasi di sejumlah BUMN dan BUMD menjelaskan, bahwa media harus tetap menjaga fungsi verifikasi, bukan sekadar mengejar klik. "Mengail di air keruh" demi sensasi berita justru memperburuk keadaan. Sebaliknya, media seperti Kompas dan Bisnis Indonesia layak diapresiasi karena menyajikan klarifikasi berbasis data dan investigasi.