Politik itu cair amat cair. Politik itu juga sangat luwes. Dalam dunia politik kita tidak ada merah dan putih. Semua warna bisa dan sangat bisa muncul dalam politik. Apa yang kita lihat saat ini adalah simulacra. Yang nampak dalam permukaan selalu ada yang belum ditampakkan. Yang pasti, warna politik itu jelas, yakni kepentingan.
Kae, Kaesang Pangarep, adalah fenomena politik yang mengejutkan kita semua. Kae ditetapkan menjadi Ketua Umum PSI menggantikan Giring pada 25/9/2023. Kae mengejutkan semua orang karena hanya dalam proses dua hari, ia langsung menjadi ketua umum partai yang konon partainya anak muda.
Ada yang bertanya-tanya, ada yang masih meragukan, banyak yang mengapresiasi dan memuji. Kalau ditanya bagaimana sikap saya, tentu saya hanya terkejut seperti anda semua. Toh, kita ini siapa dan bukan siapa-siapa. Berbeda dengan Kae, yang seorang anak presiden, yang memiliki banyak akses, banyak kesempatan yang tentunya berbeda dengan rakyat jelata seperti saya dan anda semua.
Balas BudiÂ
Politik itu cair. Kita tidak tahu apa yang ada dalam benak para petinggi PSI mencalonkan Kaesang. PSI selama ini memang terkenal dengan jargon politiknya "tegak lurus dengan Pak Jokowi". Jokowi sendiri menganggap PSI sebagai gerbong atau partainya anak muda yang tidak boleh diabaikan. Sebagai pengusung Jokowi di pemilu 2014 dan 2019, PSI memang dianggap sebagai partai yang konsisten mendukung Jokowi. Jokowi sendiri juga tidak buta mata atas jasa PSI yang mengangkat dirinya menjadi Presiden dua periode. Kita tidak heran dengan pengangkatan Wakil Menteri Raja Juli Antoni yang kini menjadi sekretaris jenderal PSI mendampingi Kaesang.
Jokowi dari awal kepemimpinannya memang akomodatif terhadap anak muda. Ia kerap menghadiri dan menyambangi musyawarah tertinggi para organisasi kepemudaan. Hubungan Jokowi dengan PSI sendiri juga tidak pernah goyah atau berseteru dalam komunikasi politik. Lalu apa hubungannya dengan Kaesang yang menduduki kursi istimewa sebagai Ketum Parpol PSI saat ini?
Â
AkrobatikÂ
Â
Â
Ojo dibanding-bandingke! (Jangan dibanding-bandingkan) dengan tradisi di partai politik lain. PSI mungkin punya cara yang berbeda, punya tradisi berbeda dalam perkaderan dan proses politiknya. Apalagi membandingkan PSI dengan PDIP, tentu jauh berbeda. Bu Mega misalnya menjadi ketum parpol terlama sepanjang sejarah sejak PDIP berdiri sampai sekarang. Perkaderan dan proses pengangkatan Megawati Soekarno Putri pun akan lain dengan Mas Kae.
Dunia politik kita memang penuh dengan acrobat. Dalam sebuah pertunjukan akrobatik, apa yang nampak di permukaan bukanlah yang utama. Di dalam pertunjukan akrobatik kita juga akan melihat bahwa acting dan kemampuan kita dalam memukau penonton adalah yang utama.
Dalam fenomena Mas Kae, saya sempat melihat postingan salah satu DPP PSI yang diunggah di laman Instagram. Pidato politik Mas Kae direkam, lalu diberi caption "memang boleh pidato Ketua Partai Sepecah ini"?. Pidato politik sudah jauh dengan pidato para ketua partai di zaman para founding fathers kita. Simaklah pidato ketua partai macam Soekarno, macam Tan Malaka, atau Tjokro. Semua orang terpukau, bahkan para penjajah sekalipun. Tapi sekali lagi, ojo dibanding-bandingke (jangan dibanding-bandingkan).
Di dunia politik yang penuh akrobatik maka kita perlu membaca lebih jeli apa sebenarnya dibalik fenomena politik yang terjadi seperti pengangkatan Mas Kae yang mengejutkan itu.
Sebagai rakyat yang sering diberi pertunjukkan yang penuh simulacra seperti ini, kita musti santai, menjalani hidup sehari-hari dengan kerja keras maupun kerja cerdas. Tidak usah terlalu pusing dengan perkaderan partai secepat kereta Woosh itu. Dua hari mungkin anggapan kita terlalu singkat untuk berproses dalam politik. Simsalabim kata para pesulap, politik kita memang politik sulapan, penuh tipu daya, muslihat, jadi dibawa santai saja, sembari menikmati harga-harga pangan yang merangkak naik.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI