Gedung-gedung pemerintahan yang ditinggikan dan taman-taman kota yang diperbanyak adalah dua hasil pembangunan yang terlihat nyata dari seorang bupati yang beru menjabat selama satu tahun terakhir ini.
Hasil pembangunan yang sedari awal diragukan oleh sebagian kecil masayarakatnya. Masyarakat yang pada pilkada kemarin tidak memilih bupati yang saat ini terpilih. Masyarakat yang ragu bahwa mantan napi koruptor tidak akan melakukan hal yang sama dikemudian hari ketika terpilih
kembali.
Ya, bupati terpilih kali ini adalah seorang bupati yang tiga tahun lalu tertangkap tangan menggelapkan uang bantuan sosial di kabupaten yang dipimpinnya.
Keraguan yang hanya sebatas keraguan. Faktanya, bupati pilihan 60 ribu rakyatnya tersebut justru berhasil membangun taman-taman yang indah dan megah. Sarana yang sudah hilang di pusat-pusat sosialisasi masyarakat. Sarana tempat melapaskan penat warganya yang setiap hari sibuk bekerja
membanting tulang.
Dan memang hanya satu setengah tahun waktu yang dibutuhkan oleh sebagian kecil masyarakatnya untuk membuktikan bahwa mantan koruptor memang sebaiknya dicabut hak berpolitiknya. Satu setengah menjabat, sang bupati kembali ditangkap lembaga anti suap karena terbukti menerima suap untuk jual beli jabatan di lingkungan kerjanya.
Soal sang bupati yang kembali ditahan adalah hal yang sudah biasa dan mungkin basi. Tapi ikut hilangnya 60 ribu pemilih sang bupati di pilkada kemarin adalah hal yang baru. Benar-benar baru. Telah ditahan 60 ribu orang tersebut oleh pihak yang berwenang dengan pasal melakukan kelalaian yang
menyebabkan kerugian.