Mohon tunggu...
Ari Firmansyah
Ari Firmansyah Mohon Tunggu... Programmer - Dreamer with open the eyes

Hope you enjoy my work

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bujangan yang Bercumbu pada Skripsi (1)

28 Agustus 2018   19:25 Diperbarui: 28 Agustus 2018   20:01 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tak pelak jika skripsi adalah momentum bagi mahasiswa/i yang berada diujung tanduk dari fenomena kehidupannya selama di instansi perguruan tinggi.

Awal kuliah memang terasa baru karena harus menyesuaikan dengan situasi kondisi belajar yang serba baru. Mungkin kalau bagi anak yang melanjutkan pendidikan dari SMA atau MA tidak akan terlalu signifikan sekali. 

Bagi mereka yang awalnya bekerja seusai SMK atau cuti menjalani pendidikan akan jauh beda. Memang background kehidupan akan menjadi tantangan tersendiri, disamping kembali pada primordial sosial masing-masing. Maksudku entah dia anak kota yang modernis dan hedonis beda dengan anak desa yang kerutinitas sosial tinggi, dan kerutinitas pada aspek humanis, contoh menurutku.

Bagiku sepertinya aku harus mentrasformasikan diriku untuk lebih adaptif lagi, dimulai dari perjuangan saat OSPEK yang jika kuamati sendiri para kakak tingkat seperti bersistem feodalisme. Tutur kata dan sikapnya memang perlu dievaluasi bagi sebagian kampus, menurut spekulasiku saja(silahkan saja), yang juga secara empiris aku pernah menjadi panitia FORTASI saat 'Aliyah . FORTASI ini hanya sebutan lain dari MOS yang umum didengar, FORTASI sendiri adalah Forum Ta'aruf dan Orientasi.

Mungkin ada rasa dendam karena ketidakpuasan seperti yang di alami kakak tingkat sebelumnya, atau mungkin sekedar menambah pengalaman.

Menurutku substansi sebenarnya yang ingin kucapai dalam langkah perjalanan 'mampir ngombe' ini adalah mendapatkan ilmu sebanyak-banyaknya yang menjadi argumen kuatku untuk kuliah. Selain itu juga cara pandang realistisku ingin mendapatkan pekerjaan pada nantinya kelak, yang pada akhirnya aku memilih jurusan kuliah yang jika pekerjaan itu adalah yang menghasilkan kebendaan/bisa dilihat fisiknya. Seperti materialisme saja pola pikirku ini ya, itu tidak salah sebenarnya, kata 'cak nun'.

Aku kuliah di jurusan yang menghabiskan otakku untuk berpikir lebih logis. Pemikiran logika dan berpikir secara sistematis. Bahkan untuk membaca literatur saja terkadang kewalahan, disamping karena Bahasa Inggris yang digunakan pada literatur, juga karena sangkut pautnya hanya pada komputer/mesin yang mutlak tidak memiliki nurani layaknya manusia, mesin yang selalu siap diberikan instruksi dan eksekusi selalu mengandalkan otak chipnya yang brilian.

Aku hanya berpikir, sepertinya aku tidak bisa menghabiskan diriku untuk memahami bahasa yang sulit dimengerti manusia, namun bukan berarti tidak bisa dipelajari karena seyakin-yakinnya, dibutuhkan pengorbanan waktu agar lebih memahami alur berpikir sistem mesin.

Apersepsinya bisa kucontohkan berupa bahasa untuk membuat program, yaitu C++, C#, Java, PHP, Python, Ruby, Angular, HTML, CSS, Javascript. Untuk yang kusebutkan di tiga terakhir menurutku lebih mudah dipahami terutama untuk membuat Website yang simply apalagi bisa dipahami dengan implementasinya berupa User Interface. Namun untuk yang awal kusebutkan agaknya tidak manusiawi, menurutku yang hanya tau ilmunya di permukaan saja.

Ini saja baru kusebutkan, belum juga aku jabarkan ilmu lain, seperti cara alur mekanisme agar bisa membuat program yang bisa dimanifestasikan berupa aplikasi. Atau ilmu lain, yang kalau anak informatika tahu, tentang struktur data, algoritma, matematika diskrit, lan sak panunggalanipun adalah keruwetan cara berpikir.

Kalau masalah fisika, sistem digital, sistem operasi, statistik dst, hanyalah pendukung matakuliah saja. Terlihat kan bagaimana lebih banyak menguras pikiran yang kemesin-mesin an. Maka tak heran juga, kalau anak teknik yang berjibaku dengan tetek bengeknya komputer ini, taraf ke'srawung'annya butuh suplemen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun