Mohon tunggu...
Arifin Muhammad Ade
Arifin Muhammad Ade Mohon Tunggu... Buruh - Pemerhati Lingkungan

"Aku tidak punya cukup uang untuk mengelilingi dunia, tapi dengan buku aku dapat mengenal dunia"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bawang Topo, Riwayatmu Kini

19 Februari 2020   17:53 Diperbarui: 19 Februari 2020   17:56 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perkampunga Topo Dengan Potensi Plasma Nutfah--komunitasmacarita.wordpress.com

Bawang Topo dibudidayakan secara konvensional di dataran medium (700 MDPL) tanpa adanya campur tangan teknologi. Disamping itu, Bawang Topo umumnya ditanam dilereng-lereng bukit dengan kemiringan lebih dari 35% yang merupakan habitatnya. Penanaman Bawang Topo didataran rendah dengan campur tangan teknologi mengakibatkan terjadinya perubahan karakteristik morfologis.

Pertanyaannya, apakah Bawang Topo kini telah mengalami perubahan karakteristik? Karena pembudidayaannya yang tidak lagi dilakukan dihabitat asal dimana Bawang Topo pernah mengalami masa keemasannya. Atau, bagaimana jadinya ketika Bawang Topo yang dibudidayakan ditempat lain tidak lagi mewarisi keunikan dan kekhasan yang selama ini dikenal masyarakat.

Budidaya Bawang Topo di Kec. Wasile--reportmalut.com
Budidaya Bawang Topo di Kec. Wasile--reportmalut.com

Apakah masih layak dikatakan sebagai Bawang Topo?

Melihat potensi plasma nutfah yang dimiliki suatu daerah, perlu kiranya pengawalan dan dukungan dari pihak terkait. Dengan adanya potensi dari hasil pertanian dan perkebunan seperti Bawang Topo dan lain sebagainya, diharapkan kedepan dapat dikembangakan lebih luas lagi tanpa mengindahkan nilai historis dan identitas yang melekat dalam komoditas tersebut. Sehingga variates unggulan tersebut diharapkan bisa menunjang hasil pertanian dan meningkatkan produk unggulan daerah.

Satu hal yang perlu penulis tekankan bahwa, jangan sampai variates unggulan suatu daerah diklaim oleh daerah lain dan diakui sebagai tanaman asli daerahnya. Hal semacam ini nantinya merugikan masyarakat petani kita sendiri.

Ir. Soekarno dalam pidatonya saat peletakan batu pertama pembangunan Institut Pertanian Bogor (IPB) tahun 1952, Bung Karno berbicara panjang lebar soal pangan dan masa depan bangsa. Dalam pidatonya Ia mengatakan bahwa "soal pangan adalah soal hidup matinya bangsa". Lantas apa yang harus kita lakukan agar terhindar dari krisis pangan dan bangsa ini tidak mati hanya karena persoalan pangan yang dikatakan sang Proklamator.

Tentunya, dari langkah-langkah kecil seperti meningkatkan produktifitas pertanian, mempertahankan eksistensi Bawang Topo sebagai sebuah identitas yang selama ini berperan penting dalam pemenuhan ekonomi keluarga. Kita dapat mempertahankan keutuhan bangsa seperti dicita-citakan Presiden pertama Republik Indonesia. Sekaligus menepis ramalan P.W. Singer dan August Cole dalam novel Ghost Fleet yang mengatakan bahwa Negara Indonesia akan bubar pada tahun 2030.

Produk Olahan Bawang Topo (Bawang Goreng Topo)--twitter/bptp_malut
Produk Olahan Bawang Topo (Bawang Goreng Topo)--twitter/bptp_malut

Diakhir tulisan ini, penulis mengutip sepenggal kalimat dari salah seorang tokoh yang mengatakan bahwa "kita harus maju dan berkembangan dengan memanfaatkan potensi dan kekayaan yang kita miliki sendiri, jangan sekali-kali maju dan berkembang dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki orang lain atas nama kita".

Dari sepotong kalimat diatas tentunya mengajak kita untuk lebih memaksimalkan potensi yang ada dalam diri kita, potensi yang menjadi penciri suatu daerah untuk menatap kehidupan yang lebih baik kedepan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun