Mohon tunggu...
Nur Arifin
Nur Arifin Mohon Tunggu... Penulis - Pembelajar

Awardee Beasiswa Pusbindiklatren Bappenas Linkage MEP UGM - GSICS Kobe Univeristy. ASN di Badan Pusat Statistik.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Budaya Konsumerisme, Kekuatan Sekaligus Tantangan bagi Perekonomian Indonesia

3 Mei 2019   10:10 Diperbarui: 3 Mei 2019   11:25 3056
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebuah riset bertemakan "Economy SEA: Unlocking the $200 billion opportunity in Southeast Asia" yang dilakukan oleh Google dan Temasek menyatakan bahwa  kontribusi Indonesia di pasar Asean mencapai US$ 81 miliar (40,5%) dengan sumbangan pasar ecommerce sebesar US$ 46 miliar.

Indonesia merupakan pasar yang sangat menggiurkan bagi pelaku ekonomi karena memiliki konsumen terbesar di ASEAN dan ke-4 di dunia dengan penduduk lebih dari 250 juta jiwa.

Tak heran mengapa ecommerce raksasa sangat gencar melakukan promosi guna menarik pasar Indonesia, membidik kaum milenial yang melek teknologi dan informasi untuk menjadi lebih konsumtif. Event-event tertentu dijadikan kemasan untuk menarik perhatian para konsumen. Misalnya, Bulan Ramadhan yang tinggal hitungan hari.

Menyambut Ramadhan, sederetan ecommerce, misalnya, mulai gencar memberikan kode promo, undian, ataupun games menarik agar konsumen tak lepas dari gadget-nya.

Di halaman beranda, biasanya ada saja flash-sale yang akan menggoyahkan 'iman' untuk di klik-masuk keranjang-dan lalu dibayar. Bagaimana tidak, promo tersebut kadang didramatisir dengan menampilkan sisa produk dan batas waktu promo berakhir.

Sebagai konsumen yang cerdas, seharusnya tetap kritis dengan mempertimbangkan banyak aspek dalam memutuskan. Konsumen, misalnya, harus menginvestasikan banyak waktu untuk membaca dan mempelajari review produk yang diberikan pembeli sebelumnya.

Adanya kritik dari konsumen terhadap produk akan mendorong industri untuk meningkatkan mutu dan daya saing produknya. Sikap proaktif konsumen ini dapat meminimalisir resiko permasalahan yang mungkin timbul dalam setiap transaksi.

Tantangan Para Konsumen

Hasil pemetaan Indeks Keberdayaan Konsumen (IKK) Indonesia, misalnya, menggambarkan perilaku konsumen Indonesia sebesar 40,41 persen di tahun 2018, nilai ini masih jauh dibawah Uni Eropa (51,31 persen), Malaysia (56,9 persen) dan Korea Selatan (64 persen). Konsumen di Indonesia masih pada level paham akan hak dan kewajibannya sebagai konsumen namun belum mampu memperjuangkan ketika terjadi suatu hal yang merugikan dirinya.

Akibatnya, konsumen di Indonesia menjadi sangat rentan. Era digital mengakibatkan konsumen berada pada pasar yang kompleks dengan beragam pilihan produk barang dan jasa baik dari dalam maupun luar negeri.

Lemahnya kedudukan konsumen disebabkan salah satunya karena rendahnya kesadaran dan pendidikan. Suatu negara dengan kualitas manusia yang baik seyogiyanya memiliki pengetahuan lebih luas dan kritis menghadapi sesuatu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun