Mohon tunggu...
Arifin BeHa
Arifin BeHa Mohon Tunggu... Penulis - Wartawan senior tinggal di Surabaya

Wartawan senior tinggal di Surabaya. Dan penulis buku.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

KH. Maimun Zubair Pergi Haji Selagi Muda

6 Agustus 2019   18:43 Diperbarui: 6 Agustus 2019   22:38 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KH. Maimoen Zubair bicara tentang pemuda (Majalah Santri)

Langit Kota Makkah Selasa (6/8/2019) pagi terlihat mendung. Pukul 08.00 waktu Arab Saudi (WAS). Kantor Urusan Haji Indonesia terlihat sibuk. Menunggu kedatangan jenazah almarhum KH Maimun Zubair.

Sudah hampir satu bulan, pada hari-hari sebelumnya, sekitar waktu yang sama langit kota ini selalu cerah. Matahari pagi bersinar dengan cukup terik, menyengat kulit. Tapi hari ini berubah drastis. Menjadi sedikit sejuk.

Saya diikutkan sebagai salah satu anggota WhatsApp Group "Haji Khusus Manaya 2019". Saya berada di tanah air. Tapi dari situ saya bisa memantau aktivitas musim Haji 1440 H. Setidaknya hampir setiap hari.

Dari jemaah haji PT Manaya Indonesia pula saya memperoleh informasi: "Telah wafat Hadlrotus-Syekh Simbah KH. Maimun Zubair, Selasa 6 Agustus 2019 pukul 04.17 waktu Makkatul Mukarromah di RS An Noor KSA..."  

Mbah Moen, demikian sapaan akrabnya di kalangan umat, kerap menjelaskan. Kehormatan umat muslim itu dapat meninggal dunia di Tanah Suci. Bahkan sering meminta doa agar dipanggil Allah pada hari Selasa. Innalillahi wainnailayhi rojiun, KH Maimun Zubair menghembuskan nafas terakhirnya dalam usia 90 tahun pada hari Selasa. Ketika sedang melaksanakan ibadah haji.

Tak lama berselang kepastian kabar itu muncul di lini masa portal berita. Sudah disertai penjelasan resmi pihak keluarga atau kerabat dekat. Grup-grup WA lainnya pun menyebar secara berantai.

Hanya selisih dua jam sebelumnya. Saya menyampaikan informasi tentang adanya orang mati di Tanah Suci. Peristiwa itu terjadi pada musin haji tahun 1997. Saya menyaksikan sendiri. Saya melihat sendiri. Sesama Jemaah haji meninggal dunia. Begini ulasan singkatnya:

"Rabu (9 April 1997) rombongan Haji Plus Linda Jaya Surabaya dilanda duka. Salah satu jamaahnya, Latief Pudjosakti pukul 20.15 WAS wafat akibat komplikasi pada saluran pernapasan. Alhmarhum dimakamkan di Mala, Makkah hari Kamis setelah sebelumnya dishalatkan di Masjidil Haram.

Dr. Kabat, selaku dokter kloter Linda Jaya, dua hari sebelumnya bersama saya mendatangi kamar Pak Latief di Hotel Hilton (sekarang di Tower Zamzam). Di situ ada istrinya, yang keturunan Jepang, Kristin Yoko. Oleh Pak Kabat diberi wejangan agar sering mengkonsumsi air atau buah agar tenggorokan lekas pulih. Pak Latief abai. Penyakit itu makin parah. Pak Latief tak sadarkan diri. Digotong ke rumahsakit. Sempat opname, tapi tak tertolong.

Di Surabaya sudah dini hari. Saya telepon Redaktur piket malam Harian Surya, Uki M Kurdi. Dia segera menyetop mesin cetak koran yang sudah mulai giling. Ini berita penting. Harus dibikin "Stop Press". Besoknya kabar duka menyebar, sementara koran lain belum punya. 

Pihak rumahsakit semula menolak kehadiran saya. Ada larangan masuk, apalagi memotret. Profesor Roem Rowi Mutawif haji Linda Jaya meyakinkan. Latief Pudjosakti itu publik figur. Pimpinan Parpol (waktu itu PDI). Anggota DPR. Maka wajib dipublikasikan. Setelah bernegosiasi, saya diperkenankan masuk.

Saya menulis itu sekadar ingin menyampaikan pesan. Hidup itu penuh misteri. Mari sadar diri. Semua akan dijemput oleh mati. Walaupun sedang sedang berhaji di tanah suci. ONH Plus bukan jaminan lolos dari mati.

Tulisan disertai foto dokumentasi tersebut saya sebar, di grup yang sama. Yang mengabarkan kematian Mbah Moen. Saya kira bukan kebetulan. Semua urutan kejadian, sepenuhnya kehendak Tuhan.

Pergi Haji Selagi Muda
Di Indonesia dari tahun ke tahun punya isu yang sama. Jumah calon jemaah haji risiko tinggi, atau biasa disebut dengan istilah risti. Sebanyak 65 persen usinya terbilang lanjut usia. Problem tersebut memang harus diurai. Pemerintah, selaku regulator haji, sudah pasti punya andil besar.

Jemaah Haji Khusus Manaya 2019. Yang muda penuh gaya (Dok Juliantono Hadi)
Jemaah Haji Khusus Manaya 2019. Yang muda penuh gaya (Dok Juliantono Hadi)
Hari Jumat (2/8/2019) saya mendatangi Asrama Haji di Sukolilo Surabaya. Di tengah melihat-lihat situasi asrama saya berjumpa dengan dengan KH. Imam Hambali, pengasuh Pondok Pesantren Mahasiswa Aljihad Surabaya. Ustadz Imam Hambali dikenal sebagai ustadz yang tampil segar dan humoris.

"Haji itu takdirnya Allah. Jadi memang ditakdirkannya berangkat di usia tua maka kita harus yakin, tawakal dan pasrah kepada Allah," ujar pemilik KBIH Bryan Makkah ini.

Setiap orang boleh berikhtiar. Bahkan dianjurkan. Namun 100 persen, keberangkatan haji itu menjadi takdirnya Allah. Kepada setiap penyelenggara haji, ia menghimbau agar bisa mendampingi jemaah haji secara sabar. Terhadap jemaah haji yang berada di golongan risti pun harus pro aktif menyampaikan kondisinya kepada petugas haji. Sama-sama punya rasa ikhlas.

Di salah satu lorong asrama, saya juga menemui calon Jemaah berusia muda. Seorang bapak, ibu dan dua anaknya yang terbilang masih muda usia. Kuslan Zulkarnain (56), Sofia Turahman (46), Moh. Alvian Kusviandita (26), dan Halizah Berliana (19). Satu keluarga ini berasal dari Gresik, Jawa Timur.

"Saya memang niat berangkat satu keluarga. Mendaftar sejak tahun 2010 lalu" tutur Kuslan Zulkarnain yang berprofesi sebagai guru itu.

Masih di tempat sama, saya bertemu dua cewek muda usia. Ines Andi Desi Auliya (27) dan Inas Andi Sabila (22). Mereka tergabung dalam bimbingan "Haji Sabar" kelompok terbang atau klotrer 78 asal Surabaya. Kakak beradik Inez dan Inas mengaku, mendaftar keberangkatan haji sejak tahun 2010.

"Ibu dan Abah saya tiba-tiba mendaftarkan kami berdua. Uangnya diambil dari hasil tabungan sisa belanja bulanan" kata Inez menirukan ucapan kedua orangtua mereka. Lgak dan gaya mereka. Milenial banget!

Keluarga Kuslan Zulkarnain bersama kakak-adik Ines dan Inas (Dok Pri)
Keluarga Kuslan Zulkarnain bersama kakak-adik Ines dan Inas (Dok Pri)
Itulah sebabnya, menurut saya, tak ada salah dan dosa berikhtiar sejak awal. Niatkan mulai sekarang. Berhaji atau berumrah selagi muda.

KH Maimun Zubair (almarhum) contoh sukses anak muda berangkat haji tatkala usianya belum genap 25 tahun. Dilahirkan di Karang Mangu Sarang hari Kamis Legi bulan Sya'ban tahun 1347 H atau 1348H atau 28 Oktober 1928. Mbah Moen, adalah insan yang lahir dari gesekan permata dan intan.

Dari videonya yang tengah beredar saya baru mengetahui. Ternyata saat menginjak usia 21 tahun, beliau menuruti panggilan jiwanya. Mengembara, belajar ilmu ke Makkah Al-Mukarromah. Dua tahun lebih Beliau menetap di Makkah Al- Mukarromah. Mbah Moen sudah berhaji sejak usia muda.

Begitulah. Menyertai ibadah haji senantiasa penuh cerita menarik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun