Mohon tunggu...
Ahmad ZainalArifin
Ahmad ZainalArifin Mohon Tunggu... Mahasiswa

Hobi musik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kasus Pelecehan terhadap Perempuan Secara Online

9 April 2023   07:00 Diperbarui: 9 April 2023   06:57 604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sebuah studi menemukan bahwa hampir 60% perempuan di 22 negara telah menghadapi Kekerasan Berbasis Gender Online (KGBO). Pelecehan paling umum terjadi di media sosial seperti Facebook, Instagram, Whatsapp, Ome TV.

Dalam dunia virtual di masa ini, banyak anak dan remaja perempuan yang dilecehkan serta mengalami Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO). 

Konsultan Isu Gender, Tunggal Pawestri, mengungkapkan bahwa kekerasan berbasis gender telah meningkat sampai 63%, sedangkan kasus kekerasan berbasis gender online (KBGO) naik hampir 300% (Tanjung, 2021). Data ini juga didukung oleh Dokumen Rilis Pers SAFEnet 2021, yang menyebutkan pada masa pandemi COVID-19, angka KBGO mengalami peningkatan hingga tiga kali lipat.

Berdasarkan Catatan Tahunan Komnas Perempuan yang dirilis pada dirilis pada 5 Maret 2021, terdapat  940 kasus KBGO dari sebelumnya 281 kasus sepanjang 2020. Meskipun ruang lingkup interaksi di masa pandemi semakin terbatas secara ruang, tetapi bentuk kekerasan seksual tetap terjadi dalam bentuk online, seperti komentar seksis, serta penyebaran video dan foto tanpa izin.

Survei menunjukkan bahwa 58% dari perempuan mengalami sebuah bentuk pelecehan secara online. Sebanyak 50% dari partisipan juga mengaku lebih banyak menghadapi pelecehan online daripada offline.

Perempuan Indonesia Buka Suara

Saya sering menghadapi pelecehan secara online ataupun di publik, dan itu membuat saya merasa tidak aman, karena setiap waktu, apapun yang saya lakukan di media sosial akan terus dikomentari orang. Saya harus menutupi rambut saya, atau mengenakan gaun panjang, dan lain sebagainya. Saya merasa tidak bisa mengekspresikan diri dengan bebas," kata salah satu perempuan Indonesia berusia 19 tahun yang diwawancarai dalam survei ini. 

Seorang perempuan lain berujar bagaimana pelecehan seksual secara online ini tidak hanya hadir dalam bentuk komentar di foto. Ia menemukan bagaimana beberapa orang menyebar foto-fotonya miliknya atau menggunakan foto-foto tersebut tanpa persetujuannya seperti mengunggahnya ke profil milik sendiri. Ketika ia berusaha menegur sang pelaku, ia berdalih bahwa sang perempuan terlihat cantik dan yang ia lakukan bukanlah pelecehan melainkan sebuah pujian.  

Survei Plan International menunjukkan bahwa perempuan-perempuan ini mengharapkan berbagai perubahan untuk memerangi permasalahan ini, dari edukasi akan KBGO hingga campur tangan hukum dan pererintah serta pentingnya mekanisme pelaporan lewat platform sosial media. 

Facebook dan Instagram sendiri mengatakan bahwa mereka memantau laporan penyalahgunaan dan menggunakan sebuah program untuk mencari konten penindasan. Twitter juga mengatakan pihaknya telah menggunakan teknologi untuk menghentikan konten yang melecehkan, walau sebuah studi melaporkan bahwa alat yang dikembangkan Twitter tersebut tidak efektif dalam menghentikan penyalahgunaan. 

Di Indonesia sendiri, Komnas Perempuan mencatat berbagai hambatan yang masih muncul dalam pengatasan kasus KBGO yang terus meningkat ini.

Dari pengalaman saya sendiri, Ome TV juga salah satu platform yang banyak mengandung konten pelecehan seksual terhadap perempuan. Contohnya, laki laki mencari kepuasan hasrat untuk mengajak para korbannya untuk memperlihatkan organ intimnya, atau mengajak membuka pakaian yang memperlihatkan bagian sensitif. Itu adalah salah satu contoh yang banyak saya temui di Ome TV. 

Dari perspektif saya sendiri, kasus-kasus diatas adalah sebuah masalah bagi lelaki di Indonesia dan urgensi memperkuat keimanan. Karena yang marak sekarang adalah konten konten di media sosial banyak menayangkan konten sensitif yang tidak bisa dikontrol secara global. Maka dari itu memicu para lelaki yang lemah imannya untuk mencari konten yang lebih vulgar lagi. Lebih parahnya lagi banyak yang kecanduan konten pornografi. Maka dari itu marilah meningkatkan keimanan kita dan meningkatkan kesadaran betapa pentingnya menghindari konten-konten yang berbau pornografi. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun