Mohon tunggu...
Arif Syamsul
Arif Syamsul Mohon Tunggu... Mahasiswa - Utopis

Universitas Pasundan

Selanjutnya

Tutup

Film

Sasori: Orang Jahat Lahir dari Orang Baik yang Dibuat Menunggu

18 Januari 2022   14:27 Diperbarui: 18 Januari 2022   14:32 4158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://images.app.goo.gl/JDiFaXDqUv27yqZ56

Menunggu itu memang menyebalkan. Itulah yang dirasakan orang-orang betapa tidak menyenangkannya dibuat menunggu; apalagi menunggu janji dari seseorang. Menunggu ialah suatu aktivitas yang memicu rasa kesal dalam diri. Mengapa demikian? Karena kita sudah berharap sesuatu itu akan terjadi, tetapi malah ditahan untuk beberapa saat. Memang, sih, jika sebentar mungkin akan baik-baik saja. Tapi, kalau jangka waktunya cukup lama, hal itu akan sia-sia saja.

Itulah yang dirasakan oleh Sasori si pasir merah saat ia masih kanak-kanak. Kala itu, ia dibuat menunggu akan kepulangan kedua orang tuanya pasca perang dunia shinobi. Sedari itu, ia tidak pernah merasakan kasih sayang orang tua layaknya anak-anak seusianya. Nenek Chiyo yang sejak awal telah mengetahui kematian kedua orang tua Sasori, enggan memberitahu informasi duka tersebut terhadap cucunya. Ia mempunyai argumen tersendiri jika Sasori belum siap untuk menerima kabar duka tersebut diusianya yang masih dini.

Saat seseorang tengah menunggu, kegiatan tersebut cenderung hanya membuang-buang waktu saja. Hal itu dikarenakan kita terlalu tertuju pada apa yang sedang ditunggu sampai tidak mengisi kegiatan-kegiatan yang lain. Sehingga kita menjadi tertanam terhadap kehampaan yang ditimbulkan karena menunggu.

Hal itulah yang dilakukan Nenek Chiyo dalam mengisi kegiatan untuk Sasori dengan  mengajarkannya bagaimana mengendalikan boneka/kugutsu dan cara pembuatannya. Hal itu dilakukan agar Sasori tidak terpaku dalam menunggu kepulangan orang tuanya yang hanyalah fana.

https://images.app.goo.gl/YpbuaPzcZ4WbwcTR8
https://images.app.goo.gl/YpbuaPzcZ4WbwcTR8
Nenek Chiyo dibuat takjub dengan boneka pertama yang dibuat oleh Sasori: boneka kedua orang tuanya. Sasori mencoba menggerakan kedua boneka tersebut dengan posisi memeluk dirinya. Setelah sekian lama, ia merasakan lagi pelukan kedua orang tuanya meski dalam bentuk boneka. Pelukan yang sangat ia dambakan – yang selalu ingin dirasakan seperti anak-anak dilingkungannya.

Namun, pelukan dari boneka tersebut tidak bertahan lama. Kedua boneka tersebut seketika ambruk dihadapan Sasori. Kejadian tersebut mungkin menggambarkan kondisi kematian orang tuanya saat perang dunia shinobi. Tatapan Sasori mulai datar dan kosong seraya telah menyadari jika orang tuanya tidak akan lagi kembali. Karena menunggu, seseorang akan dibuat tidak berdaya. Begitulah yang tengah dirasakan Sasori. Saat itulah orang-orang yang menunggu akan merasakan pain of waiting (sakitnya menunggu).

Setelah merasakan sakitnya menunggu, kita pasti akan lebih waspada dan mencoba untuk menghindari kegiatan tersebut. Karena, manusia secara alamiah akan menghindari segala sesuatu yang membuat sakit atau tidak menyenangkan. Ketidakpuasan karena menunggu dapat memperburuk keadaan.

Menunggu adalah kegiatan yang begitu merugi. Menurut backer (1965), ketika menunggu akan terkait dengan waktu. Pada dasarnya waktu merupakan komoditas yang berharga. Manusia cenderung berusaha membuat keputusan untuk tidak merugikan dirinya; termasuk keputusannya terkait penggunaan waktu yang berharga tersebut (Lecler, Schmidtt, dan Dube: 1995).

Berkaca pada rasa sakit itulah yang membuat Sasori menjadi benci terhadap kata menunggu. “Menunggu dan membuat orang lain menunggu adalah hal yang kubenci”. Itulah kalimat ikonik yang terucap oleh Sasori di serial anime Naruto Shippuden. Ketidakpuasan Sasori akibat menunggu sejalan dengan definisi psychological cost: pengorbanan/pencurahan emosi dari setiap konsumen/orang yang merasakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun