Mohon tunggu...
Arif Albert
Arif Albert Mohon Tunggu... mahasiswa -

membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Wajah Rakyat Kecil

14 Juni 2016   17:14 Diperbarui: 14 Juni 2016   17:18 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
anakpanahinstitute.org

Namanya juga rakyat kecil. Mereka tidak punya kuasa apa-apa. Satu hal yang menjadi prinsip hidup: mencari nafkah buat keluarga, biar anak-anak dapat hidup dan terhindar dari kesusahan. Untuk makan sehari-hari saja, mereka sudah susah. Memang hidup ini tidak pernah berpihak pada mereka yang kecil.

Apakah mereka memang sudah ditakdirkan demikian? Saya kira bukan. Rakyat kecil tetaplah warga negara. Mereka punya hak untuk hidup dan menghidupi dirinya serta anak-anak mereka. indonesia sebagai negara hukum menjamin semua penduduknya memiliki hak dan kewajiban yang sama.

Lagi-lagi, kita dihadapkan pada persoalan yang kerap menjadi buah bibir di dalam masyarakat kita. Hukum itu tajam ke bawah dan tumpul ke atas. Apa maksudnya? Lihat saja di masyarakat. banyak warga yang seharusnya dilindungi, malah dijadikan biang keladi yang merusak keharmonisan. Dengan alasan bahwa mereka melanggar perda, mereka diberangus karena melanggar tatanan yang sudah dibuat pemerintah.

Inikah wajah negara kita?

Bidang pendidikan

Sejumlah netizen geram dengan tingkah polah anak-anak yang tidak mau diatur. Guru mana yang sebenarnya membiarkan anak-anak didiknya tumbuh sebagai anak nakal? Tentu saja semua guru berharap bahwa anak-anak didiknya berhasil, santun dan berakhlak. Alhasil jika ada anak nakal sudah seharusnya diberitau/dididik. Namun kenyataan, anak-anak zaman sekarang susah dididik. Dalam diri mereka sudah tumbuh jiwa pemberotakan. Hal ini mesti ditelusuri dari keluarga si anak. Bagaimana kesehariannya di rumah? Jika memang sering dimanja, tidak mengherankan bahwa mereka mudah sekali cuek dan tidak suka diberitau. Tidak mengherankan bahwa ada pepatah mengatakan bahwa “buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.” 

Miris memang! Guru yang mengajarkan budi pekerti, malah dijadikan tersangka dan dijebloskan ke dalam penjara. Alhasil, saya tidak bisa membayangkan bagaimana anak-anak didik di masa depan nanti, akan menjadi seperti apakah mereka? sini.

Anak-anak zaman sekarang, apalagi di zaman internet seperti sekarang ini, mudah sekali mengakses internet. Hasrat terhadap penghargaan dan pengakuan seringkali membuat mereka ingin dikenal dan menunjukkan diri mereka. maka, peran guru di sini sangat penting sekali. Guru mengarahkan, menuntun dan menjaga agar mereka berkembang sesuai dengan jalurnya.

Saya sangat setuju bahwa guru adalah mereka yang patut ditiru (meskipun ada oknum guru yang tidak memiliki akhlak baik). Mereka memberikan diri, waktu, tenaga dan pikiran demi mengembangkan pikiran dan kepribadian anak-anak didik mereka. para guru juga bersedia membagikan ilmu mereka agar dapat diserap para murid, sehingga mereka dapat menggunakannya kelak. Namun, apa yang terjadi sekarang ini? sungguh mencengangkan! Para guru yang berusaha mengajarkan ilmu, justru harus mendekam di balik dinginnya jeruji karena tindakan yang sepele.

Karena itu, pihak-pihak yang memiliki kuasa untuk membuat hukum perlindungan guru sudah semestinya segera mengajukan perlindungan terhadap nasib para guru. Undang-undang ini akan dapat melindungi mereka dari tindakan-tindakan yang tidak masuk akal.

Saya sadar bahwa kebaikan dan jasa mereka tidak bisa dibayar dengan uang. Mereka terlalu banyak menyumbangkan ilmu, bahkan kehidupan mereka sendiri agar saya bertumbuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun