Mohon tunggu...
Arif Wibowo
Arif Wibowo Mohon Tunggu... Administrasi - ASN di DJP.

ASN di DJP yang belajar menuliskan hal receh dan konyol sehari-hari.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Traveling N Teaching 1000 Guru Maluku Utara di Tidore Kepulauan

8 April 2017   10:20 Diperbarui: 8 April 2017   18:00 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Benar kata pepatah bahwa hidup itu adalah pilihan. Disaat teman - teman pajak seluruh Indonesia pada tanggal 1 April 2017 jam 05.30 WIT masih terbuai mimpi karena kecapekan setelah lembur sampai jam 24.00 tanggal 31 Maret 2017, saya malah memilih cari ojek untuk mengantar ke Pelabuhan Residen. Sesuai pesan di grup WA, paling lambat jam 05.30 WIT rombongan 1000 Guru Malut diharap sudah berkumpul di Pelabuhan Residen. Jarak kos saya ke Pelabuhan Residen sekitar lima menitan, sampai disana saya tidak melihat teman - teman relawan 1000 Guru Malut, hanya ada tiga orang tukang ojek yang sedang istirahat. "Wah, terlambat nih." Pikir saya. Saya buka grup WA 1000 Guru Malut. Oh, ternyata mereka lagi otw. Kalau kata Iwan Fals, "Biasanya...kereta terlambat. Dua jam mungkin biasa."

Awal Maret 2017 saya dapat kiriman di WA dari seorang teman, gambar e - poster open recruitment kegiatan Traveling N Teaching yang akan diadakan oleh 1000 Guru Malut pada tanggal 1-2 April 2017 dengan lokasi di daerah Tidore Kepulauan. Gak tau kenapa, sejak saya ikut Kelas Inspirasi Halmahera Selatan, saya seperti ketagihan untuk ikut hal - hal seperti itu. Adalah menyenangkan melihat kepolosan anak - anak SD, keramahtamahan penduduk, keindahan alam pelosok Indonesia dari dekat. Mungkin bagi sebagian orang, kata - kata saya adalah klise.


Kalau kita lihat di akun instagram 1000gurumalut, ada penjelasan bahwa mereka adalah komunitas yang peduli dengan pendidikan di pedalaman Maluku Utara. Komunitas 1000 Guru Malut adalah bagian dari komuitas 1000 Guru yang didirikan oleh Jemi Ngadiono. Diseluruh Indonesia sekarang sudah ada 35 regional dan 1000 Guru Malut merupakan regional paling muda. Salah satu kegiatannya adalah Traveling N Teaching (TNT) yaitu jalan - jalan namun memberikan manfaat kepada sesama dengan cara mengajar dan berbagi dengan anak - anak di pedalaman atau di daerah perbatasan Indonesia. Kali ini, 1000 Guru Malut akan mengadakan TNT di SDN Todapa dan SDN Talasi, Kecamatan Oba, Kota Tidore Kepulauan.


Untuk mencapai lokasi, kita harus menaiki sebuah speedboat dengan lama perjalanan sekitar 2 jam. Kurang lebih 34 orang relawan dan panitia dari berbagai profesi harus rela berbagi tempat. Ada yang didalam lambung, ada yang di anjugan duduk dekat motoris, ada yang di dek depan, ada yang di dek belakang, dimana saja yang penting keangkut. Mungkin karena malamnya kurang tidur, tanpa sadar tubuh saya ternyata telah merebahkan diri dengan nyenyaknya. Ketika membuka mata, speedboat sudah merapat di Pelabuhan Gita, Tidore Kepulauan.


Rombongan dibagi dua, satu menuju SDN Todapa dan satunya menuju SDN Talasi, dan saya ikut rombongan Talasi. Relawan yang ikut kegiatan TNT kali ini dari beragam profesi. Ada pegawai Kementerian Keuangan, dokter gigi, polisi, dosen, karyawan swasta, pegawai Pemkot Ternate, pegawai BPS, pegawai kantor pos, tenaga ahli USAID, pegawai Kementerian Perhubungan, pegawai lembaga pemerintahan, notaris, bankir, anggota Ternate Heritage Society, dan banyak lagi. 


Jarak SDN Talasi kurang lebih 10 menit perjalanan dari Pelabuhan Gita dengan menggunakan mobil pickup. Letaknya di pinggir jalan, bangunannya berbentuk letter L, berdinding bata, lantainya keramik putih bersih, sebuah lapangan upacara berada di depan kantor sekolah. 


Kedatangan kita langsung disambut anak - anak dan para guru. Wajah - wajah polos berbinar - binar, entah apa yang ada di benak mereka melihat banyak wajah asing berkunjung ke sekolah mereka. 


Jumlah murid SDN Talasi ada 46 anak. Kelas 1 = 10 murid, kelas 2 = 5 murid, kelas 3 = 2  murid, kelas 4 = 6 murid, kelas 5 = 8 murid, kelas 6 = 7 murid. Tenaga pengajarnya terdiri seorang Ibu Kepala Sekolah, empat orang ibu guru. Mungkin karena jumlah penduduk di Talasi masih sedikit, sehingga murid SDN Talasi juga masih sedikit.


Sesuai arahan pada saat Tehnical Meeting, bahwa nantinya para relawan akan dibagi menjadi enam kelompok dan setiap kelompok akan mengajar di kelas yang telah ditentukan. Kebetulan saya mendapatkan kelompok kelas 1 yang terdiri Kak Ian, Kak Winda, Kak Endang. Kak Ian akan mengajarkan huruf, Kak Winda mengajarkan warna, Kak Endang mengajarkan angka, dan saya mengenalkan macam - macam profesi.


Yang pertama open mic di depan kelas adalah Kak Endang. Dengan alat peraga yang dibuat sendiri oleh Kak Endang, murid - murid diajak bermain angka. Merekapun begitu antusias mengikuti permainan dan menjawab pertanyan. Di akhir sesinya, Kak Endang bikin kuis, siapa yang bisa menjawab dengan benar mendapat hadiah dari Kak Endang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun