Pada 1945, beliau menjadi anggota BPUPKI. Beliau kemudian tergabung dalam Panitia Sembilan untuk merumuskan dasar negara.
Dari organisasi inilah lahir Piagam Jakarta pada 22 Juni 1945, yang nantinya akan disahkan menjadi Pembukaan UUD 1945 dalam siding PPKI pada 18 Agustus 1945.
Menteri perhubungan pertamaÂ
Pasca-proklamasi, Abikoesno dipercaya menjabat sebagai Menteri Perhubungan pertama Republik Indonesia dalam kabinet presidensial. Ia juga sempat memegang jabatan sebagai Menteri Pekerjaan Umum.
Pada 1953, Abikoesno Kembali menjabat sebagai Menteri perhubungan meski hanya beberapa bulan sebelum beliau mengundurkan diri
Pada 1946, Namanya sempat terseret dalam kisruh "persatuan perjuangan" yang dipimpin Tan Malaka, sehingga beliau sempat ditahan bersama beberapa tokoh lain. Beliau dibebaskan pada tahun 1948 dan Kembali berkiprah dunia politik, termasuk sebagai penasihat delegasi RI dalam konferensi meja bundar.
Prinsip dan pemikiran politik
Selain kiprahnya di dunia polotik dan arsitektur, beliaun juga dikenal sebagai sosok yang teguh dalam memegang prinsip islam dalam perjuangan bangsa. Di PSII, beliau sering menekankan tentang pentingnya menjembatani nilai keislaman dengan cita-cita bangsa. Sehingga partisipasi umat tetap relevan dalam perjuangan Indonesia. Pemikiran beliau adalah agama tidak dapat dipisahkan dari perjuangan politik. Dan mendapatkan tempat sebagai landasan moral bagi Indonesia yang Merdeka.
Karya arsitektur
Selain dalam dunia politik, Abikoesno juga tercatat dalam dunia arsitektur. Beliau merancang sejumlah bangunan penting, antara lain Masjid Asy-Syuro di Garut, Pasar Cinde di Palembang, Gedung Museum M.H. Thamrin di Jakarta, dan Masjid Syuhada di Yogyakarta.
Karya karya ini menujukkan identitasnya sebagai arsitek, bahkan ketikan beliau sibuk berpolitik.