ketika gaya hidup mengalahkan kebutuhan: cerminan anak muda yang suka ikut trend
arienda zahra khaela
zahrakaylaa08@gmail.com
universitas negeri yogyakarta
abstrak
Fenomena mengikuti trend di kalangan anak muda saat ini mencerminkan perubahan nilai dan pola konsumsi yang semakin bergeser dari kebutuhan ke keinginan. Gaya hidup yang didorong oleh media sosial dan budaya populer sering kali membuat generasi muda lebih mengutamakan penampilan dan status sosial daripada esensi kebutuhan yang sebenarnya. Akibatnya, muncul perilaku konsumtif yang tidak hanya berdampak pada kondisi finansial pribadi, tetapi juga berpotensi meningkatkan limbah dan merusak lingkungan. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis penyebab anak muda mudah terbawa trend viral, dampaknya terhadap gaya hidup dan kesadaran lingkungan, serta bagaimana membangun pola konsumsi yang lebih bijak dan berkelanjutan. Diharapkan melalui pembahasan ini, generasi muda dapat lebih kritis dalam membedakan antara kebutuhan dan keinginan, serta menumbuhkan kesadaran bahwa gaya hidup tidak harus mengorbankan nilai-nilai kesederhanaan dan tanggung jawab sosial.
Kata Kunci: gaya hidup, konsumtif, trend, anak muda, kesadaran lingkungan.
pendahuluan
Perkembangan teknologi dan media sosial membawa dampak besar terhadap cara hidup generasi muda. Segala informasi kini tersebar begitu sangat cepat, termasuk trend gaya hidup, mode, dan konsumsi. Akibatnya, banyak anak muda yang menjadikan tren sebagai acuan utama dalam menentukan pilihan, baik dalam berpakaian, makanan, hingga barang-barang elektronik.
Fenomena ini menunjukkan pergeseran nilai dari kebutuhan menuju keinginan. Konsumsi bukan lagi sekadar pemenuhan kebutuhan dasar, melainkan simbol eksistensi diri. Budaya fear of missing out (FOMO) juga turut memperkuat perilaku ini, di mana seseorang merasa harus mengikuti tren agar tidak tertinggal dari lingkungan sosialnya.
Permasalahan yang muncul adalah ketika perilaku mengikuti trend dilakukan tanpa pertimbangan rasional. Banyak anak muda membeli barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan, hanya untuk terlihat "kekinian". Akibatnya, muncul gaya hidup konsumtif yang menguras keuangan pribadi dan berdampak negatif terhadap lingkungan akibat peningkatan limbah.
Rumusan masalah dalam tulisan ini mencakup: (1) Mengapa anak muda cenderung mengikuti trend tanpa mempertimbangkan kebutuhan? (2) Apa dampak dari perilaku konsumtif terhadap kehidupan dan lingkungan? (3) Bagaimana strategi membangun kesadaran agar gaya hidup lebih bijak dan berkelanjutan?
Tujuan dari artikel ini adalah untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya kesadaran dalam membedakan antara kebutuhan dan keinginan, serta mendorong generasi muda agar lebih bijak dalam mengelola gaya hidup di tengah derasnya arus trend global.
Metode
Metode penulisan yang digunakan dalam artikel ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif dengan analisis literatur dan fenomena sosial. Penulis mengumpulkan informasi dari berbagai sumber daring, seperti artikel ilmiah populer, berita, dan pengamatan terhadap perilaku konsumsi anak muda di media sosial.
Pendekatan ini bertujuan untuk menggambarkan realitas yang terjadi di masyarakat secara komprehensif, dengan menelaah faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi anak muda, termasuk pengaruh media sosial, budaya populer, dan tekanan sosial.
Selain itu, metode ini juga digunakan untuk mengidentifikasi dampak yang ditimbulkan dari perilaku konsumtif, baik secara ekonomi, sosial, maupun lingkungan, serta merumuskan rekomendasi solusi yang relevan dan aplikatif bagi generasi muda.
hasil dan pembahasan
Hasil analisis menunjukkan bahwa salah satu faktor utama penyebab anak muda mengikuti trend adalah pengaruh media sosial. Platform seperti Instagram, TikTok, dan YouTube menciptakan ruang di mana trend berkembang pesat dan sering kali membentuk persepsi bahwa mengikuti trend adalah cara untuk diterima oleh kelompok sosial.
Selain itu, munculnya influencer dan content creator juga turut memperkuat perilaku konsumtif. Gaya hidup mereka yang glamor dan sering menampilkan barang-barang baru menjadi contoh yang diidolakan oleh banyak pengikut. Anak muda pun terdorong untuk meniru tanpa memperhitungkan kemampuan finansial atau kebutuhan sebenarnya.
Dampak dari perilaku ini tidak hanya bersifat ekonomi, seperti boros atau terjerat utang, tetapi juga lingkungan. Budaya konsumsi cepat (fast fashion, misalnya) menimbulkan limbah tekstil yang sulit terurai. Begitu pula dengan tren ganti gadget, yang meningkatkan limbah elektronik. Semua ini menunjukkan bahwa keputusan individu dalam mengikuti tren turut berkontribusi terhadap kerusakan lingkungan global.
Untuk mengatasi hal ini, dibutuhkan kesadaran kritis dan pendidikan gaya hidup berkelanjutan. Anak muda perlu belajar mengelola keinginan, membuat prioritas, dan mempraktikkan prinsip reduce, reuse, recycle. Selain itu, perlu juga mengembangkan pola pikir bahwa nilai diri tidak ditentukan oleh apa yang dipakai atau dibeli, melainkan oleh karakter dan kontribusi terhadap lingkungan sosial.
kesimpulan
Gaya hidup anak muda saat ini mencerminkan betapa kuatnya pengaruh tren terhadap perilaku konsumsi. Namun, ketika gaya hidup mulai mengalahkan kebutuhan, maka yang muncul adalah perilaku konsumtif yang tidak sehat, baik bagi individu maupun lingkungan.
Anak muda perlu membangun kesadaran baru bahwa mengikuti trend bukan kewajiban, melainkan pilihan. Pilihan yang seharusnya didasari pada nilai kesederhanaan, tanggung jawab, dan kepedulian terhadap lingkungan. Dengan mengutamakan kebutuhan daripada keinginan, generasi muda dapat menjadi agen perubahan yang membawa dampak positif bagi masa depan, bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga bagi bumi yang kita tinggali bersama.
daftar Pustaka
Kompas.com. Fenomena Anak Muda dan Gaya Hidup Konsumtif di Era Media Sosial. Â Â Jakarta: Kompas Media Nusantara. 2024.
Liputan6.com. Tren Fast Fashion dan Dampaknya Terhadap Lingkungan. Jakarta: Liputan6 Digital Publishing. 2025.
Katadata.co.id. Fenomena FOMO: Ketika Takut Ketinggalan Tren Jadi Gaya Hidup. Jakarta: Katadata Insight Center. 2024.
Tirto.id. Anak Muda, Media Sosial, dan Budaya Konsumtif. Jakarta: Tirto Digital Media. 2023.
Greenpeace Indonesia. Dampak Fast Fashion Terhadap Lingkungan dan Solusinya. Jakarta: Greenpeace Publications. 2023.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI