Mohon tunggu...
Ari ElfinTaris
Ari ElfinTaris Mohon Tunggu... Mahasiswa - Hadir jika ingin menulis

Menuang apa yang ada di kepala

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Merenggut 53 Nyawa Manusia: Seberapa Besar Risiko Penggunaan Kapal Selam KRI Nanggala-402?

28 April 2021   12:37 Diperbarui: 28 April 2021   13:13 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KRI Nanggala 402 Terdeteksi, Pencarian Disebar 9 Titik di Perairan Bali (inews.id)

Akhir dari Bulan April ini terjadi kecelakaan di dalam laut yang menghebohkan Indonesia. Kecelakaan ini merenggut 53 nyawa yang terdiri dari 49 anak buah kapal dan 4 personel non-ABK. Mereka adalah bagian dari TNI Angkatan Laut  yang sedang menjalankan tugas negara berupa pelatihan penembakan rudal di Laut Bali. Kecelakaan ini dinyatakan murni karena faktor usia kapal bukan faktor human error. Berdasarkan penelitian Sejumlah para ahli bahwa kelelahan material logam kemungkinan besar penyebab terjadinya kecelakaan pada kapal selam yang diproduksi pada tahun 1978. Pernyataan dari para ahli tersebut juga di-support dari pernyataan Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Yudo Margono yang mengatakan, "Karena retakan jadi secara bertahap di bagian tertentu, dia turun ada fase-fase dari kedalaman 300 m, 400 m, 500 m ada keretakan. Kalau ledakan ini terdengar di sonar". Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa kecelakaan terjadi akibat retakan yang disebabkan tekanan kuat dalam laut pada bagian luar kapal yang sudah tua.

            Kecelakaan ini sebenarnya dapat dihindari jika risiko dikenal dan dipahami oleh TNI Angkatan Laut. Risiko bisa dikenal dan dipahami melalui kerangka kerja dari ISO 31000. Kerangka kerja ISO 31000 dimulai dari konteks kriteria, penilaian risiko (terdiri dari identifikasi, analisis, evaluasi risiko), dan perlakuan risiko tentu dengan komunikasi dan konsultasi serta pemantauan dan kaji ulang untuk men-suppport keberhasilan pengelolaan risiko tersebut yang diakhiri dengan pencatatan dan pelaporan.

Konteks kriteria dalam menganalisa risiko tenggelamnya kapal selam ini yaitu membuat kriteria usia kapal yang berisiko tenggelam, contohnya kapal selam KRI Nanggala-402 yang memiliki kriteria usia tua berarti sangat berisiko tenggelam (high risk). Penilaian risiko bisa dilakukan melalui salah satu identifikasi risiko yaitu dengan membuat sumber-sumber risiko, contohnya seperti usia kapal, tekanan air yang kuat, kerusakan mesin, dan serangan dari hewan laut.

Selanjutnya melakukan analisis yaitu seberapa berpengaruhnya sumber risiko pada tingkat kecelakaan tenggelamnya kapal. Contohnya usia kapal sangat berperpengaruh terhadap risiko tenggelamnya kapal karena dari usia juga bisa mempengaruhi mesin dan bagian material badan kapal yang melemah, sedangkan serangan hewan laut termasuk low risk karena antisipasi dan penanganan dari serangan hewan laut sudah disiapkan atau dipelajari dan juga sangat sedikit kejadian tenggelammnya kapal selam yang diakibatkan serangan dari hewan laut. Selanjutnya melakukan evaluasi risiko dimana analisis risiko dibandingkan dengan kriterianya apakah risiko termasuk high risk atau low risk sehingga dapat disesuaikan tindakan yang perlu dilakukan. Tindakan yang terakhir adalah perlakuan risiko dimana tindakan yang diambil dan dilakukan untuk mengatasi masalah risiko.

Contohnya seperti tindakan untuk mengganti kapal selam KRI Nanggala-402 yang baru atapun mengurangi aktivitas penggunaan kapal selam KRI Nanggala-402 yang sudah tua. Kegiatan konsultasi dan komunikasi serta pemantauan dan kaji ulang harus terus dilakukan disetiap langkah pengelolaan risiko. Contohnya seperti TNI Angkatan Laut dapat berkonsultasi kepada manajer risiko untuk mengelola risiko dalam pelaksanaan tugas negara dan manajer risiko harus mengkomunikasikan hasilnya kepada TNI dan manajer risiko serta TNI dapat saling memonitor apakah pengelolaan dapat berjalan sesuai dengan yang dikehendakinya. Segala hasil pengelolaan risiko harus dicatat dan dilaporkan sebagai bukti tertulis bahwa tugas negara sudah melalui tahapan pengelolaan risiko.

             Dari analisa melalui manajemen risiko ISO 31000 kita bisa melihat bahwa usia kapal selam sangat significant terhadap risiko tenggelam dibandingkan faktor-faktor lainya. Penggunaan kapal KRI Nanggala-402 ini sangat berisiko tinggi (high risk) terjadinya kecelakaan. Dari kapal selam KRI Nanggala-402 ini kita bisa belajar bahwa penerapan standar usia kapal yang digunakan harus diperhatikan, dan jika memang kapal sudah tidak sesuai dengan standar maka harus dilakukan penggantian kapal atau setidaknya tidak lagi menggunakan kapal tersebut agar tidak terjadi kecelakaan yang sama dimasa depan. Manajemen risiko ini sangat penting dilakukan untuk bisa mengenal dan mengatasi risiko yang tidak diinginkan kedepannya. 

AET12

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun