Mohon tunggu...
Arief Purnama
Arief Purnama Mohon Tunggu... Guru - Guru kampung

hanya dari seorang arief | tetap tersenyum

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Vote

10 November 2019   14:47 Diperbarui: 10 November 2019   15:07 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Oleh: Arief Purnama, S.Pd.

                                                                                                                                                                                                                 
Pemilihan ketua OSIS di sekolahku tinggal seminggu lagi. Gemanya  sudah kian terasa. Terutama dikalangan para murid. Semua menyambut dengan antusias dan gembira.  Apalagi di kelas yang salah satu muridnya menjadi kandidat ketua OSIS. Kemeriahannya mengalahkan pemilihan kepala desa.

Di kelasku ada seorang calon ketua OSIS. Wahyu namanya. Lengkapnya Wahyu Kusuma. Semua syarat dan kriteria calon ketua OSIS ada pada dirinya. Dia pintar dan selalu mendapat ranking pertama di kelas. Namun dia tetap santun dan tidak sombong. Hidupnya sangat bersahaja. Perhatian terhadap teman. Patuh terhadap guru. Suka menolong kepada teman yang membutuhkannya. Dan Wahyu hampir tidak memiliki musuh dalam hidupnya. Wahyu adalah sosok siswa calon ketua OSIS ideal. Bahkan dia pantas menjadi calon pemimpin masa depan.

Aku adalah sahabat Wahyu sejak kelas 10. Di kelas 11 ini kami masih satu kelas sama-sama di kelas 11 IPA 1. Bahkan aku duduk sekursi dengan Wahyu. Kami juga memilih ekskul yang sama yaitu futsal dan Paskibra. Tapi urusan ranking Wahyu selalu nomor satu dan aku berada beberapa nomor dibawahnya.

Sebagai sahabat aku sangat mendukung Wahyu untuk menang pada pemilihan ketua OSIS tahun ini. Oleh karena itu aku bertindak sebagai ketua tim sukses Wahyu. Kesempatan menjadi ketua OSIS hanya tahun ini. Tahun besok kami sudah kelas 12. Semua ekskul harus kami tinggalkan. Kami harus konsentrasi menghadapi ujian nasional dan ujian masuk perguruan tinggi negeri.  

Aku dan teman-teman sekelas sepakat untuk memberikan seluruh votes kepada wahyu. Kami berkampanye dari kelas ke kelas untuk kemenangan Wahyu. Walaupun diatas kertas Wahyu menang namun kami tidak boleh lengah. Karena pesaingnya cukup berat yaitu Roni Wijaya dari kelas 11 IPS 3. Pemilihan ketua OSIS tahun ini di sekolah kami diikuti hanya dua calon saja yaitu Wahyu versus Roni.  

Pada acara debat calon ketua OSIS terakhir, menunjukkan bahwa Wahyu jauh lebih berkualitas dan pantas menjadi pemimpin organisasi siswa disekolah kami. Visi dan misinya sangat jelas dan konkrit dalam rangka memajukan organisasi. Cara ia menyampaikan ide-idenya sangat santun, runtun dan tegas. Berbeda jauh dengan Roni. Saat berbicara dalam kampanye-nya ia terlihat gerogi dan sering kali menunduk sambil sesekali melihat catatan yang ia pegang.

Roni secara akademis jauh dibawah Wahyu. Bahkan dibawah aku sekalipun. Sikapnya 180 derajat berbeda dengan Wahyu. Banyak murid-murid yang kurang menyukainya. Tetapi Roni anak orang kaya. Bapaknya pengusaha sukses dibidang property. Ibunya pejabat di kantor pemda. Roni memiliki banyak uang. Walaupun banyak murid-murid yang kurang menyukainya, bisa jadi ia menggunakan uangnya untuk mempengaruhi murid-murid lain untuk memilihnya. Itu yang jadi kekhawatiran kami.

Waktu baru menunjukkan pukul 06.30. Tumben kursi Wahyu masih kosong. Biasanya aku datang pukul 06.15 sekalipun, ia sudah ada. Wahyu selalu datang lebih awal.  Tapi pagi ini dia belum nampak. Jangan-jangan ban sepedanya bocor. Atau ada masalah dengan pemilik warung tempat biasa ia menitipkan kue dagangan ibunya?.

Tiap pagi Wahyu mengayuh sepeda dari rumahnya yang berjarak kurang lebih 10 kilometer ke sekolah. Sambil berangkat ke sekolah ia mampir ke warung-warung untuk menitipkan kue dagangan buatan ibunya. Hasilnya lumayan untuk tambahan biaya sehari-hari Wahyu dan ketiga adiknya. Selain membuat kue, ibunya menjadi asisten rumah tangga paruh waktu.

Ayahnya hanya kuli bangunan yang lebih sering tidak ada pekerjaan. Sehingga saat tidak ada pekerjaan bangunan, ia bekerja serabutan. Wahyu sepulang sekolah membantu pamannya yang membuka usaha bengkel motor kecil-kecilan. Terkadang dapat upah terkadang tidak. Tergantung ada atau tidaknya pekerjaan di bengkel.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun