Mohon tunggu...
Arief Nur Rohman
Arief Nur Rohman Mohon Tunggu... Guru - Manusia

Pegiat Moderasi Beragama Provinsi Jawa Barat. Menaruh minat pada Pendidikan, Pengembangan Literasi, Sosial, Kebudayaan, dan Pemikiran KeIslaman.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Islamisme Magis: Alusi atas Formalisme Beragama

20 Desember 2021   09:12 Diperbarui: 20 Desember 2021   09:18 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image Cover (Sumber: Dok. Pribadi)

Fenomena formalisme  beragama kian mengemuka belakangan ini. Ditambah dengan arus konservatisme yang begitu kuat di tengah keberagamaan kita, terutama di masyarakat urban perkotaan.  Penghayatan terhadap keyakinan agama menjadi begitu tegang, rigid, dan garang.

Formalisme beragama ditandai sekurang-kurangnya dengan kemunculan kelompok takfiri-radikalis dan fanatis yang menghendaki ajaran keagamaan diterapkan sesuai dengan pemahaman kelompoknya. Fenomena ini menguat utamanya pasca reformasi dan pemilihan gubernur DKI Jakarta pada 2017 silam.

Di tengah arus konservatisme dan formalisme agama itu, Buku “Bukan Perawan Maria” (Bentang, 2021) Karya Feby Indirani ini muncul untuk menjawab ketegangan dan kemelut praktik beragama umat Islam di Indonesia, juga sebagai antitesis untuk berani mempertanyakan kembali cara menjalani kehidupan beragama dengan humor, satir, dan empati.

Buku kumpulan cerpen
Buku kumpulan cerpen "Bukan Perawan Maria" Karya. Feby Indirani (Sumber: Dok. Pribadi)

Buku kumpulan cerpen ini memuat 19 cerita dengan ragam dan persoalan yang berbeda-beda. Semua cerita berasal dari akar tradisi Islam dan pengalaman kehidupan beragama. Penulis menjadikan fenomena religiositas dan spiritualitas umat beragama di Indonesia menjadi sumber kreativitas, latar dan kekuatan cerita.


Penulis bukan sekadar menuturkan dengan gaya bahasa yang ringkas, jujur, dan cair akan tetapi juga sekaligus memberi kritik, alusi/ sindiran terhadap fenomena formalisme beragama.

Pendekatan yang dilakukan oleh penulis sangat egaliter, inklusif, dan empati. Hal ini dapat kita lihat dalam beberapa cerita, di antaranya: “Baby Ingin Masuk Islam, Tanda Bekas Sujud (1) (2), dan Pertanyaan Malaikat. “

Setting dalam buku ini sangat terasa surealis. Dalam hal ini latar cerita tidak sepenuhnya nyata tetapi juga dekat dengan kenyataan. Dalam cerita tersebut dapat kita jumpai juga ragam fantasi-magical dari sisi magis iman, seperti: cara memersepsikan malaikat, iblis, setan, dosa, neraka, surga dan hal magis lainnya yang kita imani.

Arief Nur Rohman berpose dengan buku
Arief Nur Rohman berpose dengan buku "Bukan Perawan Maria" (Sumber: Dok. Pribadi)

Alusi atas Formalisme Beragama

Dalam buku ini, pembaca akan banyak menjumpai alusi/ sindiran sekaligus kritik yang dilayangkan penulis terhadap pengalaman kehidupan beragama umat muslim di Indonesia. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:

Pertama,“Baby Ingin Masuk Islam”. Dalam cerita ini, penulis secara ekspilist memberikan sindiran soal sikap ekslusivitas dalam beragama. Sebagian umat beragama cenderung ekslusif dan menghalangi/ menentukan siapa yang boleh dan tidak boleh masuk agama tertentu. Tidak hanya itu, seringkali kita lihat mayoritas umat beragama melakukan tindakan kekerasan terhadap agama lain. Melakukan persekusi terhadap penghayat kepercayaan, dan pengrusakan rumah ibadah.

Kedua, “Pertanyaan Malaikat”. Cerpen ini menceritakan tentang seorang laki-laki yang separuh hidupnya rajin mengikuti pengajian. Tokoh tersebut juga ditampilkan fasih dalam bahasa Arab, serta saleh ritual-individual yang menjadikan dirinya yakin mampu menjawab setiap pertanyaan yang diajukan malaikat. Dalam judul ini, pembaca menangkap pesan tentang pentingnya mempunyai sikap kepedulian sosial, empati terhadap sesama, dan keluhuran akhlak. Beberapa sikap inilah yang dapat menyelamatkan/ memudahkan mayit menjawab pertanyaan malaikat. Cerpen ini juga bisa dimaknai sebagai kritik terhadap Arabisasi.

Ketiga, “Tanda Bekas Sujud”. Ini menjadi satu sindiran dan kritik yang cukup serius yang dilayangkan penulis terhadap aksi para “penjaga moral” yang merugikan penjual di bulan Ramadan. Melakukan tindak kekerasan terhadap sesama umat beragama, dengan dalih kesucian dan menghormati umat lain yang sedang berpuasa.

Beberapa hal inilah kiranya yang mampu ditangkap secara gamblang oleh pembaca. Selain itu, banyak juga isu-isu lain yang menjadi sorotan penulis. Seperti: poligami, penyebaran radikalisme, feminisme, sampai tindakan bodoh dalam perilaku beragama.

Namun yang paling penting, saya kira penulis mampu melihat wajah Islam dengan penuh keteduhan, murni, indah, jujur, cair dan tanpa paksaan. Tanpa dipolesi dengan apapun, Ia didekati dengan cara kritis-humoris.

Oleh karena itu, sudah sepatutnya keberagamaan kita dihayati dan dijalani dengan penuh relaksasi. Dalam hal ini menjalankan keyakinan ajaran agama dengan penuh keteduhan, ramah, toleran. Bukan sebaliknya, wajah keberagamaan kita ditampilkan dengan ujaran kebencian, kemarahan, dan kegarangan.

Relaksasi beragama bisa menjadi satu alusi sekaligus kritik atas kejumudan satu ajaran melalui satir, humor, dan sastra. Dengan alasan itulah Al-Quran diturunkan dengan bahasa sastrawi yang luhur, multitafsir, multiinterpretasi, dan alegoris yang kontekstual. Untuk menjadikan ajaran keagamaan mampu didekati dengan banyak pemikiran, keluasan makna, keluhuran sikap dan akhlak.

***

ISLAMISME MAGIS adalah satu terminologi untuk menjelaskan fiksi yang berakar dari tradisi, mitologi, keseharian hidup berIslam yang lekat dengan hal-hal gaib dalam dunia kaum pemercaya. Islamisme Magis ini diperkenalkan pertama kali oleh Feby Indirani dalam satu kumpulan cerpennya yang berjudul “Bukan Perawan Maria” (2021).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun