Mohon tunggu...
Sastra Kita
Sastra Kita Mohon Tunggu... Penulis - Seputar Seni dan Sastra

Penulis, Sastrawan, Penyair, dan Dramawan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen "Peramal & Pemusai" Karya Arief Akbar Bsa

19 Oktober 2021   07:05 Diperbarui: 21 Januari 2022   07:23 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Esai balutan Cerpen karya Arief Akbar Bsa

Sebutlah sosok gadis remaja usia belasan yang punya hobi photography. Tumbuh dewasa di lingkungan keluarga besar yang harmoni dan saling menunjang satu sama lain tanpa kekurangan materi serta serba kecukupan.

Nilam panggilan kesehariannya, akhir-akhir ini cenderung suka menyendiri semenjak lulus sekolah smu, padahal ia adalah gadis periang, suka bergaul yang selalu membaur di mana tempat ia berada. Kali ini, Nilam sang gadis potret tengah risau gundah gulana, tak lagi bersuka cita atas keberhasilannya yang telah lulus dan sebentar lagi akan melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Sebuah universias idaman di ibukota yang akan melahirkan banyak photographer handal, dapat menjamin kebahagian sense serta tunjangan ekonomi yang sangat menjanjikan begitu selesai mengenakan toga, menjadi ajang rebutan para korporasi di era digitalisasi diperlukan banyak sekali tenaga ahli jebolan dari kampus ternama menjadi prioritas seleksi HRD dalam merekrut karyawannya. Nilam salah satunya, ia begitu bersemangat dan penuh keyakinan jika dirinya tentulah akan berhasil.

" Lam, sedari tadi aku perhatikan, kau ini macam kelinci kurang gijie, ada apa gerangan, ceritalah sama abang, ada apa ?" tukas ismed teman satu sanggarnya.

Nilam hanya menghela nafas dan kembali melipat-lipat kertas di meja.

"Lam, tak biasanya kau ini begini, apa jangan-jangan kau masih kepikiran soal ucapan peramal pinggir jalan kemarin itu,?" lanjut ismed,

Sambil memandang ismed, nilam pun mengangguk ringan,

"Alamakk Nilam, abang kan sudah bilang, peramal itu cuman buang kentut, omongannya gak bisa dipegang, lagian kenapa pula kau ini, seorang calon mahasiswi kondang di ibukota kok bisa-bisanya percaya apa itu omongan peramal, bullshit lam, just bigger LIE, " gerutunya sembari geleng kepala.

Nilam hanya mengernyit dan tak merespon perkataan ismed. Tentu hal ini makin membuat ismed makin dongkol atas diamnya nilam.

"Oke oke, bolehlah kau ini pegang mentah-mentah itu bualan peramal lusuh, tapi setidaknya janganlah kau ini terbawa ilusi atas delusinya soal apa tadi dia omongkan, kelak kau ini bagai burung merindukan bulan yang tak akan pernah dapatkan cintanya si Ranggasasra sang pujaan hatimu itu, come on sisss wake uppp, percaya pada abang, itu cuman ramalan,"
Nilam pun masih terdiam,

"Gini deh, apa yang buat kau ini begitu resah, katakan pada abang," tukasnya, sembari menatap Nilam, ismed meyakinkan dengan anggukan," apa yang buat kau risau dari ucapan peramal itu nilam," sambungnya,

Dengan sedikit helaan nafas, nilam mengambil secarik kertas dari dalam tasnya dan menunjukkan sebuah syair yang tertulis pada kertas tersebut,

ketika malam tiba
dimanakah matahari
sejatinya saat bertanya
dimanakah ketulusan cinta
selain sebuah dongeng semata

AFEKSI
menangkap pesona
diantara kasat mata
tumbuh bagai kamboja

Setelah membaca syair pada secarik kertas yang Nilam sodorkan, Ismed pun tertawa seraya berujar,
"Alamakkk, ini hanya guritan pusai semata nilam, lalu apa masalahnya, dan mengapa pula guritan itu begitu buat kau jadi gusar,
apa kertas ini juga kau dapat dari peramal itu,? " ucap ismed.

seketika nilam pun mengangguk dengan sedikit kerutan di dahinya.
=================================
Prolog, milenialis mencari cinta,

sosok Nilam dalam merajut mengejar cintanya pada sosok Ranggasasra melalui guritan pusai sebagai sarana penunjangnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun