Mohon tunggu...
ari dwi nurjanah
ari dwi nurjanah Mohon Tunggu... Mahasiswa

Menyanyi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Psikologi Pendidikan dan Rasa Iri Guru: Dampak Perasaan Kalah Saing Karena Peserta Didik Lebih Cantik atau Lebih Gaul terhadap Peserta Didik Perempuan

4 Oktober 2025   06:57 Diperbarui: 4 Oktober 2025   05:40 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Psikologi Pendidikan dan Rasa Iri Guru: Dampak Perasaan Kalah Saing Karena Peserta Didik Lebih Cantik atau Lebih Gaul terhadap Peserta Didik Perempuan

Dalam suasana sekolah, interaksi antara guru dan murid sering kali berpusat pada kegiatan belajar. Akan tetapi, kadang-kadang terdapat elemen yang membuat situasi menjadi kurang nyaman, salah satunya adalah rasa cemburu yang dialami oleh guru terhadap siswi. Cemburu ini bukan sekadar mengenai nilai-nilai akademis, tetapi juga bisa muncul ketika siswa tampak lebih menawan atau lebih trendy dibandingkan guru.

Dari perspektif psikologi pendidikan, cemburu adalah reaksi emosional yang normal, namun ketika timbul berdasarkan atribut fisik atau sosial, seperti keindahan atau kemampuan bergaul, hal itu dapat menimbulkan konsekuensi negatif. Guru yang merasa tertekan karena siswa tampak lebih menarik atau lebih terkenal sering kali kesulitan untuk mempertahankan sikap profesional mereka.

Perasaan cemburu ini biasanya berakar pada rasa kurang percaya diri atau kekhawatiran akan posisinya tergeser oleh keunggulan siswa. Guru mungkin merasa tidak dihormati atau khawatir kehilangan pengakuan dari anak didiknya. Sebenarnya, tugas guru adalah menjadi teladan dan pendukung bagi perkembangan semua siswa, tanpa menghiraukan tampilan atau ketenaran.

Akibat dari perasaan cemburu ini tidak hanya dialami oleh guru, tetapi juga oleh siswi yang menjadi objeknya. Mereka mungkin merasa tidak nyaman, mendapatkan perlakuan tidak adil, atau bahkan mengalami pengucilan secara tidak langsung. Hal ini jelas dapat menciptakan lingkungan belajar yang tidak mengasyikkan dan menghalangi perkembangan rasa percaya diri siswa.

Untuk mengatasi isu ini, sangat penting bagi guru untuk mengenali serta mengendalikan perasaan cemburu yang muncul. Guru sebaiknya fokus pada peran mereka sebagai pendidik, alih-alih terjebak dalam perbandingan yang tidak perlu dengan siswa. Mengasah empati dan kecerdasan emosional dapat sangat membantu agar kecemburuan tidak mengganggu proses belajar.

Selain itu, sekolah juga dapat memberikan bantuan dalam bentuk pelatihan atau diskusi mengenai cara menjaga hubungan harmonis antara guru dan siswa, terutama saat berhadapan dengan perbedaan sosial atau fisik. Suasana sekolah yang sehat dan saling menghargai akan membuat semua individu merasa nyaman dan terdorong untuk belajar.

Secara ringkas, cemburu yang muncul karena siswa perempuan memiliki penampilan yang lebih menarik atau lebih sosial adalah hal yang harus disadari dan ditangani oleh guru. Dengan pengelolaan emosi yang baik dan dukungan yang sesuai, perasaan cemburu ini dapat dialihkan menjadi kekuatan positif untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih baik untuk semua.

Namun, jika perasaan iri ini tidak dikenali dan tidak dikelola dengan baik, konsekuensinya dapat menjadi lebih berat. Seorang guru yang terus-menerus merasakan persaingan dengan siswi yang lebih menarik atau lebih trendi dapat mulai mengembangkan kebencian tanpa alasan yang jelas. Kebencian ini sering muncul secara implisit, tetapi dapat terlihat dari cara atau perlakuan guru yang tidak adil terhadap siswi tersebut.

Ketika seorang guru mulai merasakan kebencian terhadap murid tanpa alasan yang jelas, hal ini dapat berakibat negatif bagi atmosfer belajar di kelas. Murid yang menjadi target dapat merasa diperlakukan dengan tidak adil, dijauhi, atau bahkan mendapatkan kritik yang berlebihan. Tentu saja, ini sangat mengganggu kenyamanan dan antusiasme belajar mereka. Selain itu, hubungan antara guru dan murid yang seharusnya didasarkan pada kepercayaan dan dukungan bisa menjadi tidak harmonis.

Dari perspektif psikologi pendidikan, sikap kebencian yang muncul akibat rasa iri ini juga dapat merusak kesehatan mental guru itu sendiri. Perasaan negatif yang terus dipendam dapat menyebabkan stres, kehilangan motivasi, dan pada akhirnya mempengaruhi kualitas pengajaran mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun