Mohon tunggu...
Amin Ridla Satya Graha
Amin Ridla Satya Graha Mohon Tunggu... Lainnya - Trainer Manager di Perusahaan Asuransi Jiwa Indonesia

WNI yang sangat cinta Indonesia, Trainer, Runner, Diver, Traveller, Backpacker, email:ridla@live.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bangga Berbahasa Daerah

14 Oktober 2016   17:22 Diperbarui: 14 Oktober 2016   17:33 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sering saya temui ketika saya pulang kampung ke Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah, anak-anak  dan  remaja sekarang fasih menggunakan Bahasa Indonesia walau pun dengan logat medok-nya yang masih kental, atau pun masih ada beberapa kata campuran antara Bahasa Jawa dengan Bahasa Indonesia dalam kalimat percakapannya.  Jarang saya temui anak-anak dan remaja yang menggunakan Bahasa Jawa terutama menggunakan tutur  Bahasa Jawa Kromo Inggil dalam percakapan sehari-hari.  Terlebih bila kita masuk ke komplek perumahan, mayoritas mereka  pasti menggunakan Bahasa Indonesia dalam percakapan sehari-hari.

Tidak ada yang salah dalam hal ini, karena Bahasa Indonesia merupakan Bahasa Persatuan yang wajib kita junjung tinggi. Tetapi alangkah baiknya kalau penggunaan Bahasa Daerah tetap kita gunakan dalam lingkungan rumah tangga kita. Kita biasakan anak-anak kita menggunakan Bahasa Daerah terutama kromo inggil ketika berbicara dengan orang yang lebih tua atau yang lebih dihormati. Ada kesan lebih sopan apa bila ada seorang anak menggunakan kromo inggil ketika berbicara dengan orang tuanya.

Dalam lingkungan keluarga saya dahulu, orang tua saya mewajibkan untuk Berbahasa Jawa kromo inggil. Orang tua saya berpendapat bahwa kita pasti bisa berbahasa Indonesia karena hal  itu dipelajari dan jadi bahasa pengantar di sekolah, bahkan kita bisa berbahasa Inggris, Mandarin, Arab dan lain-lain, karena bahasa-bahasa tersebut bisa dipelajari  di sekolah, kursus-kursus dan pengajian.

 Terbukti ketika saya mulai bersekolah, dengan cepat saya bisa melakukan percakapan dengan Bahasa Indonesia, karena di Sekolah, Radio, TV, buku pelajaran dan buku cerita semuanya berbahasa Indonesia. Sementara untuk Bahasa Jawa itu sendiri, memang dipelajari juga di sekolah, tetapi waktunya tidak banyak. Jadi saya lebih banyak belajar Bahasa Jawa terutama kromo inggil ketika di lingkungan rumah.

Karena kebiasaan menggunakan Bahasa Jawa tersebut, ketika saya mulai mempelajari dan bicara Bahasa Inggris, logat jawa saya pun masih terbawa ketika melakukan percakapan dalam Bahasa Inggris. Sering saya dapat ejekan ketika berbicara dalam Bahasa Inggris, yang menurut mereka Bahasa Inggris saya adalah Bahasa Inggris Purwokerto, Bahasa Inggris medok. Tetapi bagi saya, justru ini bisa menjadi ciri khas saya dalam berbahasa Inggris yang lidahnya tidak sefasih teman-teman saya yang lain dalam berbahasa Inggris. Sampai sekarang pun, saya masih belum bisa menghilangkan medok saya ketika saya berbahasa Indonesia mau pun berbahasa Inggris.

Melihat keadaan sekarang, dimana orang tua lebih bangga ketika anak-anaknya bisa berbahasa Inggris, Mandarin dan lain-lain, kadang timbul pertanyaan dalam diri saya, kenapa mereka tidak bangga ketika anak-anaknya bisa juga berbahasa daerah. Indonesia negara yang sangat kaya budayanya dengan beraneka ragam bahasa daerah sesuai suku dan asal daerahnya. Kita tahu dan bangga dengan hal itu.

Oleh karena itu, marilah kita terus lestarikan budaya dan bahasa daerah kita. Akan jadi hal yang hebat ketika kita bisa berbahasa Indonesia dengan baik dan benar, bisa berbahasa Inggris, Mandarin, Arab, dan lain-lain dalam lingkungan bisnis dan pergaulan Internasional, tetapi kita juga tetap bisa dan tidak melupakan bahasa daerah kita. Kita tetap bangga dengan bahasa daerah kita. Kita tetap bangga menggunakan bahasa daerah kita. (ARSG, Jakarta 14/10/2016)

Catatan :

Kromo Inggil : tingkatan bahasa tertinggi dalam Bahasa Jawa

Medok : logat bahasa yang kental kedaerahan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun