Hai Diary
Kita ketemu lagi hari ini ya. Ternyata susah juga merutinkan diri menulis diary setiap hari. Kemaren aku sempet nulis diary, sekarang juga. Tapi kalau nanti terpaksa hanya bisa dua hari sekali, jangan marah ya Diary.
Ga apa ya, Diary. Kamu, masih bisa kan menahan rindu tak kusapa dalam sehari. Hehe
Diary, waktu aku tahu kamu muncul di Kompasiana, aku seneng banget loh. Aku becandain teman-teman di beberapa group penulis, meski kayaknya ga direponi hehe. Aku bilang, aku jadi makin tenar karena ada Di-Ary.
Jadi yang mau curhat tinggal nulis aja Di-Ary. Ari kan namaku. Jadi kesannya yang ingin curhat itu curhatnya ke aku. Di-Ary. Kamu paham nggak maksudku Diary? Itu hanya becandaan aja sih.
Karena kemiripan nama kita tanpa ada unsur kesengajaan, jadi ya tidak apa kan. Diary dan Ari. Aku jadi terinspirasi untuk menciptakan salam baru khas dariku. Salam Diary Ari.
Salam ini khusus untuk tulisan diary yang kubuat. Ari menulis Diary. Diary itu catatan harian maksudnya dalam pikiranku.
Nah, Diary, catatanku hari ini aku sedih dikit. Karena namaku Ari, aku sering loh disapa Pak atau Mas. Pak Ari atau Mas Ari. Tahu nggak Diary, rasanya nggak enak loh.
Iya tidak apa kalau ada yang panggil Bu Ari. Aku masih deh bisa pahami dan tidak komplain. Harapanku ya Diary, dengan menulis ini, aku tidak lagi dipanggil Pak atau Mas.
Tapi ya Diary, seandainya pun aku dipanggil Pak atau Mas, aku tetap harus terima. Resiko ya punya nama Ari, yang biasa disandang oleh kaum Adam.
Iya itulah Diary. Hari ini aku hanya ingin titip tulisan sederhana ini. Aku ini perempuan, jadi jangan panggil aku Pak atau Mas.
Diary, kamu bantu aku ya kasi tahu pembaca. Terimakasih ya Diary.