Mohon tunggu...
Soni Ariawan
Soni Ariawan Mohon Tunggu... Dosen - Pembelajar

Pendidik, pembelajar, pemerhati bahasa dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Indonesia Masih Punya Harapan: Catatan Kongres PPIA 2016

22 Juli 2016   04:52 Diperbarui: 22 Juli 2016   04:58 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto bersama semua peserta kongres

Canberra, 15-17 Juli 2016. Entah kenapa setiap kali berada pada kumpulan pemuda saya merasakan sebuah aura kebangkitan. Terlebih lagi ketika berada di posisi jauh dari Indonesia, Australia. Apalagi ditambah dengan egenda yang dibicarakan juga tentang Indonesia. Hal ini menegaskan bahwa kemanapun kita pergi, Indonesia tidak akan jauh dari kehidupan sekeliling kita.

Prof. Ronny yang mewakili KBRI membuka acara Kongres PPIA 2016 dengan menyampaikan narasi ke-Indonesiaan. Nilai persatuan dan kesatuan menjadi poin penting yang ditegaskannya. Beliau mengharapkan wadah seperti PPIA ini menjadi pemersatu kekuatan pemuda sebagai lokomotif perubahan menuju Indonesia yang lebih baik. Setelah hampir 20 menit beliau berpidato, ketua PPIA 2015/2016, Mutia, juga menyampaikan hal yang senada bahwa PPIA menjadi wadah bersama, rumah tempat berkarya pelajar Indonesia di Australia. Dengan sedikit nervous, Mutia mengapresiasi semua bentuk pengabdian dan dedikasi PPIA dalam semua bidang dan mengharapkan PPIA ke depan menjadi lebih baik.

Kongres Perhimpunan Pelajar Indonesia di Australia (PPIA) dilaksanakan setiap tahun sebagai forum tertinggi organisasi PPIA. Ratusan pelajar dari seluruh Australia yang diwakili oleh pengurus PPIA Cabang (state) dan PPIA ranting (universitas) menghadiri kongres yang tahun ini diadakan di Canberra dengan PPIA ACT (Australian Capital Territory) sebagai tuan rumah.

Inspiring Talk

foto utusan South Australia bersama Bapak Dino Patti Djalal
foto utusan South Australia bersama Bapak Dino Patti Djalal
Di hari pertama kongres, panitia menyiapkan sesi yang saya sebut dengan inspiring talk bersama Prof. Ariel Heryanto and Dr. Dino Patti Djalal. Dengan gaya khasnya, Prof. Ariel memberikan brainstorming masalah kepada para peserta kongres. Hal ini dimaksudkan agar kembali melihat sejarah betapa perjuangan merebut kemerdekaan pada saat itu digawaing oleh hanya beberapa orang pemuda yang kuliah di Belanda. Hasilnya adalah kemerdekaan NKRI. Dengan kontemplatif beliau melemparkan pertanyaan, “bagaimana dengan Anda semua, ratusan orang bahkan ribuan yang menempuh studi di luar negeri?”.

Narasi Prof.Aril memancing peserta kongres untuk melemparkan pertanyaan. Salah satunya Stefa, utusan dari NSW. Dia mempertanyakan konsep Indonesia yang maju seperti apa, apakah harus seperti negara maju seperti sekarang ini atau melakukan modifikasi dan kontekstualisasi dengan keadaannya.

Sesi ke dua inspiring talk disampaikan oleh Dr.Dino Patti Djalal. Mantan duta besar Indonesia untuk Amerika Serikat ini berbagi pengalaman bagaimana memberikan kontribusi untuk Indonesia secara global. Beliau sangat menekankan bahwa Indonesia tidak hanya mengandalkan sumber daya alam dan sumber daya manusia, tetapi harus juga memaksimalkan sumber daya ke tiga yang kita miliki, yaitu sumber daya global. Mantan juru bicara presiden SBY ini juga meyakinkan para peserta kongres bahwa mereka semua adalah sumber daya global yang dimiliki Indonesia. Penyampaian yang menggebu-gebu dari Dr.Dino Patti Djalal ditutup dengan tepuk tangan yang meriah dari seluruh peserta kongres.

Pemilihan Ketua PPIA 2016/2017

Di hari ketiga, agenda utama kongres adalah pemilihan ketua PPIA periode 2016/2017. Panitia Pemilihan Umum (PPU) telah menyiapkan berbagai instrumen yang dibutuhkan, mulai dari tata cara pengajuan calon, syarat dan kriteria calon serta tata cara pemilihan. PPU yang tahun ini dikomandoi oleh Hendi (utusan state Queensland) cukup representatif mengingat keanggotaannya berasal dari perwakilin seluruh state. Lembaga ini juga terlihat sangat sigap mengantisipasi semua permasalahan yang akan timbul selama prosesi pemilihan berlangsung.

Akhirnya tibalah saat yang ditunggu-tunggu. Setelah melakukan verifikasi, PPU mengumumkan dua orang calon ketua, yaitu Leopold Sudaryono, kandidat Ph.D bidang Krimonologi di Australian National University dan M.Fattahillah Zuhri, kandidat Master of Energy Change ANU. Karena tidak terjadi kata sepakat dalam proses musyawarah mufakat, maka pemilihan dilanjutkan dengan voting. Namun, hal mengejutkan terjadi pada saat penyampaian visi dan misi dimana Leopold sebagai salah satu calon mengundurkan diri. Pada akhirnya, pemilihan berujung dengan voting antara memilih Fattah atau kotak kosong. Setelah semua utusan resmi memberikan suaranya, diperoleh 19 suara untuk Fattah dan 13 suara untuk kotak kosong. Pemuda asal Aceh ini akhirnya memenangkan pemilihan dan akan menjabat sebagai ketua PPIA 2016/2017.

Untuk menutup tulisan ini, saya ingin mengatakan bahwa dinamika yang terjadi selama kongres menyiratkan sebuah semangat pemuda Indonesia di Australia. Mereka adalah nol koma sekian persen dari seluruh warga Indonesia yang diberikan kesempatan untuk menuntut ilmu di luar negeri dan mereka sangat menyadari akan hal itu. Saya mendengar setiap narasi mereka dan saya melihat setiap karakter mereka adalah penuh semangat untuk pulang membangun Indonesia. Semoga kita semua bisa bersinergi untuk bumi pertiwi. Salam pelajar Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun