Mohon tunggu...
Ariana Maharani
Ariana Maharani Mohon Tunggu... Dokter - MD

Pediatric resident and postgraduate student of clinical medical science at Universitas Gadjah Mada, Instagram: @arianamaharani

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Analisis Balik Modal Seorang Dokter

10 Agustus 2022   21:06 Diperbarui: 11 Agustus 2022   03:01 1004
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dokter| SHUTTERSTOCK/smolaw via Kompas.com

Biaya kuliah kedokteran yang meliputi fase pendidikan pre-klinik atau S1 kedokteran maupun fase pendidikan klinik atau disebut juga dengan jenjang profesi dokter kian hari semakin melambung dan akhir-akhir ini di tahun 2022 semakin menjadi sorotan. 

Biaya kuliah kedokteran antara satu universitas negeri dengan universitas negeri lain begitu bervariasi. Ditambah lagi dengan perbedaan rentang biaya kedokteran pada universitas non-negeri alias swasta. 

Universitas negeri menggunakan sistem pembayaran uang kuliah bernama uang kuliah tunggal atau UKT dan universitas swasta menggunakan sistem pembayaran uang kuliah yang bersifat 'tak tunggal', meliputi pembayaran uang gedung, uang buku, dan lain sebagainya. Rata-rata biaya kuliah kedokteran menghabiskan 15-50 juta setiap semesternya. 

Berdiskusi mengenai ilmu ekonomi, jika biaya kuliah kedokteran ditranslasikan sebagai sebuah harga yang tinggi, menurut hukum permintaan dan penawaran, sesuai dengan bunyi hukum permintaan: "Jika harga suatu barang meningkat, maka jumlah barang yang diminta akan turun. Sebaliknya, jika harga suatu barang turun, maka jumlah barang yang akan diminta akan meningkat (Ceteris Paribus)". 

Dengan "harga" kuliah kedokteran yang tinggi seharusnya tak membuat permintaan terhadap kedokteran semakin tinggi. Namun, berbagai media setiap tahunnya selalu menampilkan bukti data bahwa kedokteran terus unggul pada peringkat-peringkat teratas sebagai program studi terfavorit baik pada jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) maupun jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). 

Jika kuliah kedokteran dianalogikan sebagai sebuah investasi, di mana salah satu faktor yang memengaruhi investasi dalam ilmu ekonomi ialah tingkat pengembalian yang diharapkan (expected rate of return). Pertanyaan selanjutnya, apakah tingkat pengembalian yang diharapkan dengan bersekolah di kedokteran merupakan tingkat yang menjanjikan? 

Berkaitan dengan pembahasan terkait tingkat pengembalian, sebagai seorang dokter saya menyaksikan betapa bervariasinya gaji yang didapatkan oleh seorang dokter, baik dokter umum maupun dokter spesialis. 

Dalam tulisan kali ini, saya akan fokus membahas mengenai dokter umum. Perbedaan atau variasi tersebut sering kali ditemui berdasarkan tempat bekerja seorang dokter. 

Dokter yang bekerja di klinik akan memiliki gaji yang berbeda dengan mereka yang bekerja di praktik dokter mandiri, juga akan berbeda dengan mereka yang bekerja di puskesmas, dan juga berbeda dengan mereka yang bekerja di rumah sakit. Status kerja pun akan turut memengaruhi. 

Apakah ia seorang magang, ataukah seorang pegawai tidak tetap (PTT) ataukah seorang PNS. Namun tak penting mengenai variasi tersebut, karena bisa jadi memang beban kerja di setiap tempat berbeda-beda sehingga tak adil jika gaji dokter disamakan di seluruh tempat. Tapi poin penting yang perlu digarisbawahi ialah gaji minimal yang dapat diperoleh seorang dokter. 

Berkaitan dengan gaji minimal seorang dokter, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) telah membuat rekomendasi minimal gaji untuk para dokter umum. 

Besarnya adalah minimal Rp12,5 juta per bulan. Meski demikian, pada pelaksanaan di lapangan tak sedikit dokter umum yang mendapatkan gaji kurang dari Rp3 juta per bulan. 

Dengan gaji yang tak mencapai batas minimal yang direkomendasikan organisasi profesi dan bahkan ada yang tak menyentuh batas upah minimum regional dan ini benar-benar terjadi, dengan biaya sekolah mahal tapi gaji bercanda, adakah kuliah kedokteran dapat dirasionalkan dengan hukum permintaan ataupun hukum investasi pada ilmu ekonomi?

Biaya kuliah kedokteran membuat saya memahami arti kata Ceteris Paribus pada hukum permintaan ataupun penawaran. Ceteris Paribus yang berasal dari bahasa latin dan memiliki arti with all other things equal atau ketika semua kondisi lainnya sama. 

Ketika seseorang mengatakan ceteris paribus, maka diasumsikan semua variabel lain dianggap konstan. Bisa jadi biaya kuliah kedokteran yang semakin tinggi, namun tak diikuti dengan turunnya peminat kuliah kedokteran alias semakin tahun semakin banyak peminat adalah karena variabel lain tidaklah konstan. 

Pertanyaan berikutnya, apakah variabel tersebut? 

Variabel tersebut ialah variabel kepercayaan masyarakat bahwa saat seseorang memutuskan untuk menjadi dokter dan menyepakati bilangan biaya kuliah kedokteran, orientasi seorang dokter tak hanya orientasi uang. Menjadi seorang dokter berarti memutuskan untuk hidup berorientasi pada kemanusiaan.

Oleh karena itu, analisis balik modal adalah analisis yang paling tidak relevan di dunia kedokteran, mengingat kedokteran telah berhasil melawan hukum permintaan. 

Sudah seyogianya pemerintah menaruh perhatian pada kesejahteraan para dokter. Terlebih jika berharap untuk mencapai pemerataan dokter di masa depan. 

Dokter juga merupakan seorang manusia, yang mana manusia adalah makhluk ekonomi. Manusia disebut sebagai makhluk ekonomi karena manusia selalu memikirkan upaya untuk memenuhi kebutuhannya sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi. 

Pemerintah harus bertindak responsif terhadap isu-isu kesejahteraan dokter. Benar jika profesi dokter adalah profesi pengabdian, namun ikan di pasar jelas dibeli dengan uang, tidak dengan pengabdian. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun