Mohon tunggu...
Arial Haryadi
Arial Haryadi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Optimisme Perindustrian di Indonesia

14 Desember 2017   19:54 Diperbarui: 14 Desember 2017   21:08 1419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Segala lini kehidupan manusia tidak lepas dari industri. Industri tidak lepas dari produktivitas secara massal yang menghasilkan barang atau jasa. Tentu, tidak banyak dari kita bertanya bagaimana proses pembuatan, distribusi, bahkan pengelolaan barang sampai siap dipakai atau dikonsumsi. Sebut saja nasi yang kita makan. Siapa yang tahu nasi sampai di depan kita sudah melewati proses teknologi yang panjang. Kegiatan produksi ini bisa dikatakan sebagai aktivitas industri. Dalam realisasinya, industri yang berjalan baik, otomatis tidak lepas dari proses pengelolaan yang baik.

Di Indonesia sendiri, kegiatan industri semakin memperlihatkan kemajuan.  Misalnya saja, industri pengolahan nonmigas memberikan kontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional pada triwulan III tahun 2017 mencapai 17,76 persen. Badan Pusat Statistik (BPS) juga mencatat, pertumbuhan industri pengolahan non migas para triwulan III/2017 sebesar 5,49 persen, naik dibandingkan periode triwulan I/2017 yang mencapai 4, 76 persen dan triwulan II/2017 sekitar 3,89 persen. (Tempo.co.id)

Untuk tahun 2018, di sektor industri menargetkan pertumbuhan sebesar 5,67 persen. Sektor industri manufaktur dan nonmigas yang menjadi konsentrasinya, sedangkan subsektor lainnya seperti makanan dan minuman; alat angkutan; mesin dan perlengkapan; kimia; farmasi; serta elektronika akan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi di tingkat global karena sedang mengalami tren.

Perkembangan ini tidak lepas dari peran Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto. Diangkat menjadi menteri perindustrian pada 27 Juli 2016, Airlangga membawa Kementerian Perindustrian mejadi lebih progresif. Di awal kepemimpinannya, Airlangga mengatakan ada tiga permasalahan bangsa terkait perindustrian yang harus dia selesaikan. Pertama, dia ingin menghapus gap kewilayahan antara manufaktur dan non manufaktur. Menurutnya harus ada pemerataan kawasan industri atau kawasan ekonomi khusus, terutama pemerataan di kawasan terbatas.

Kedua, Kementerian Perindustrian melaksanakan pendidikan vokasi agar anak-anak bangsa siap bekerja sesuai kebutuhan industri. Upaya meningkatkan sumber daya manusia dilakukan dengan memprogramkan pengembangan program vokasi industri di sekitar 80 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Kementerian Perindustrian akan mengucurkan dana senilai Rp 40 milliar untuk 80 SMK, dengan masing-masing SMK mendapatkan dana sekitar Rp 500 juta.

Ketiga,  perlunya mendorong investasi untuk masuk dengan berkoordinasi bersama Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Pengembangan industri di luar Pulau Jawa dengan memberikan fasilitas pembangunan Kawasan Industri terus dilakukan Kementerian Perindustrian. Kementrian Perindustrian mencatat, sampai tahun 2017 ada 27 kawasan industri yang tengah dipacu pengembangannya. Diantaranya  terdapat 23 kawasan yang masuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN). Beberapa daerah di luar Jawa ini meliputi Kawasan Industri Palu, Sulawesi Tengah, Kawasan Industri Konawe, Sulawesi Tenggara, Kawasan Industri Bantaeng, Sulawesi Selatan, Kawasan Industri Sei Mangkei, Sumatera Utara, Kawasan Industri Dumai, Riau, dan Kawasan Industri Wilmar Serang, Banten.

Pengalaman Airlangga di dunia industri memang sudah tidak diragukan lagi. Insinyur kelahiran Surabaya 1 Oktober 1962 ini pernah menjadi Ketua Komisi VII DPR RI tahun 2006-2009 yang membidangi Energi, Lingkungan Hidup dan Ristek. Pada tahun 2009-2014, dia kembali terpilih menjadi anggota DPR dan menjabat sebagai Ketua Komisi VI yang membidangi Perindustrian, Perdagangan, UKMK, Investasi, dan BUMN. Di luar organisasi pemerintahan, Airlangga menjadi Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII) tahun 2006-2009. Ia juga pernah menjabat sebagai Ketua Asosiasi Eminten Indonesia periode 2011-2014.

Harapan Indonesia akan perkembangan perindustrian, menunjukan optimisme. Pada beberapa tahun ke depan, diharapkan kinerja Kementerian Perindustrian akan mampu membawa Indonesia memimpin sektor perindustrian di kancah global. Indonesia sendiri menduduki peringkat ke-9 yang diukur berdasarkan nilai tambah industri manufaktur. Namun, hal ini jangan dijadikan kepuasan. Sebaliknya, hal ini harus menjadi motivasi bagi bangsa Indonesia. Tentunya prestasi sektor industri tidak hanya tercipta dari kepemimpinan serta pengelolaan yang baik dan benar, namun masyarakat juga harus ikut serta dalam pembangunan tersebut.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun