Mohon tunggu...
Aria Dhika Rayendra
Aria Dhika Rayendra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Gadjah Mada

Mahasiswa akhir Ilmu Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ketika Dua Negara Komunis Berperang

26 Juni 2023   21:06 Diperbarui: 26 Juni 2023   21:14 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tentara Vietnam di Kamboja sumber: Southeast Asia Daily

Pendapat kalau negara-negara komunis saling bersahabat tidak sepenuhnya benar, terdapat beberapa konflik yang terjadi antara negara komunis yang salah satunya adalah antara Kamboja yang saat itu dikuasai oleh Khmer Merah dengan Vietnam di tahun 1979.

Perang antara Kamboja dengan Vietnam adalah suatu perang skala besar yang terjadi di kawasan Indocina yang terjadi tak lama setelah berakhirnya Perang Vietnam. Pada saat Perang Vietnam, Kerajaan Kamboja yang pas itu dipimpin oleh Pangeran Norodom Sihanouk terdapat pemberontak komunis yang dinamakan Khmer Merah yang dipimpin oleh Pol Pot. Saat itu, Amerika Serikat memberlakukan pengeboman skala besar di daerah perdesaan Vietnam Selatan dan Kamboja yang dianggap terdapat kelompok-kelompok komunis Viet Kong dan Khmer Merah. 

Setelah digulingkannya Norodom Sihanouk oleh Jenderal Lon Nol pada tahun 1970 yang pro-Amerika, Norodom Sihanouk diasingkan dan menjatuhkan dukungan kepada Khmer Merah. Amerika Serikat juga memperkuat tindakan pengebomannya melalui operasi Freedom Deal yang justru meningkatkan dukungan masyarakat terhadap Khmer Merah dengan kekuatan pemerintahan Lon Nol yang semakin melemah seiring dengan semakin kuatnya Khmer Merah.

Kamboja jatuh ke tangan Khmer Merah pada April 1975 tak lama setelah Saigon jatuh ke tangan Viet Kong. Pada awalnya Khmer Merah memiliki dukungan Vietnam dan juga memberikan bantuan persenjataan kepada Khmer Merah. Namun setelah keduanya menguasai negaranya sendiri, hubungan memburuk dengan Khmer Merah melakukan kebijakan memaksa membuat Kamboja menjadi negara agraris dengan memaksa masyarakat perkotaan menjadi petani di perdesaan.

Di kebijakan itu, banyak orang-orang terpelajar, pengusaha, pemuka agama, dan masyarakat etnis minoritas seperti Cham,  Thailand, Tiongkok, dan Vietnam, dibunuh dalam usaha untuk menyamakan semua rakyat Kamboja. Tindakan tersebut yang sekarang dikenal sebagai Cambodian Genocide menyebabkan jutaan masyarakat Kamboja tewas.

Khmer Merah melakukan berbagai tindakan yang membuat hubungan merenggang seperti memasuki berbagai pulau yang dimiliki Vietnam dan membunuh masyarakat Vietnam di pulau tersebut. Kamboja sejak masa lalu memiliki ketakutan bahwa Vietnam ingin menguasainya dan pada tahun 1967, Norodom Sihanouk menyebut bahwa Kamboja harus was-was terhadap Vietnam yang suatu saat akan bersatu kembali. Pol Pot juga berusaha untuk membersihkan pemerintahan dan militernya yang dianggap memiliki hubungan dengan Vietnam. Hal tersebut membuat banyak anggota militer dan pemerintahan Khmer Merah yang melarikan diri ke Vietnam, salah satunya adalah Hun Sen, Perdana Menteri Kamboja saat ini.

Pada tahun 1977 Kamboja melakukan penyerangan ke wilayah Vietnam dan membunuh ratusan warga sipil di beberapa desa di wilayah Vietnam yang dekat dengan perbatasan Kamboja-Vietnam. Hal tersebut dilakukan oleh Khmer Merah sebanyak beberapa kali sebelum Vietnam meresponnya dengan mengirimkan pasukannya ke Kamboja dengan tujuan mengajak pemerintah Pol Pot untuk bernegosiasi. Respon Kamboja adalah dengan memutuskan hubungan diplomatik dengan Vietnam sehingga memaksa Vietnam untuk menarik pasukannya dari Kamboja.

Respon Kamboja yang kerap memasuki wilayah Vietnam membuat Vietnam mulai memperbanyak tentaranya di daerah perbatasan dengan bantuan senjata dari Uni Soviet dan juga sebagian senjata hasil rampasan dari Perang Vietnam. Hal tersebut dibalas dengan Kamboja dengan memperkuat militernya dengan bantuan senjata dari Tiongkok. 

Pada Desember 1978, Vietnam mulai melakukan penyerangan ke Kamboja dan dengan cepat berhasil mencapai ibukota Kamboja, Phnom Penh. Phnom Penh dikuasai pada 7 Januari 1979 dan telah kosong dari Khmer Merah yang melarikan diri ke daerah perdesaan. Vietnam membentuk pemerintahan baru yang pro-Vietnam dengan nama Republik Rakyat Kampuchea yang dipimpin oleh Heng Samrin, mantan anggota Khmer Merah yang melarikan diri ke Vietnam.

Saat itu, terbentuk dua pemerintahan dengan Norodom Sihanouk dengan partainya FUNCINPEC membentuk kerjasama dengan Khmer Merah untuk melawan pemerintahan Republik Rakyat Kampuchea yang dipimpin Heng Samrin dan kemudian Hun Sen. FUNCINPEC kemudian memisahkan diri dan membuka dialog dengan pemerintahan Hun Sen yang berakhir dengan kesepatakan damai Paris pada tahun 1991 dengan diadakannya pemilu pada tahun 1993 yang menghasilkan dua perdana menteri, Norodom Ranarridh, anak dari Norodom Sihanouk, bersama dengan Hun Sen. Norodom Sihanouk berdasarkan kesepakatan menjadi Raja Kamboja.

Saat itu Khmer Merah tetap bertahan dan beroperasi di kawasan hutan dan perdesaan dengan melanjutkan konflik gerilya hingga tahun 1999 setelah Pol Pot meninggal dunia dan sisa-sisa anggota Khmer Merah menyerahkan diri ke pemerintah Kerajaan Kamboja.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun