Mohon tunggu...
Danang Ari Wibowo
Danang Ari Wibowo Mohon Tunggu... -

confident

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Vonis 2 Tahun Penjara Sebagai "Hasil Kompromi"?

24 Agustus 2012   01:20 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:23 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13457713271022379087

[caption id="attachment_201838" align="alignleft" width="150" caption="Pussy Riot, Lobnoye Mesto, 20 Januari. (Denis Bochkarev"][/caption] Hari Jumat seminggu lalu, vonis hakim terhadap group musik beraliran punk-rock Pussy Riot telah diketok palu. Maria Alyokhina, Yekaterina Samutsevich and Nadezdha Tolokonnikova, masing-masing harus menjalani hukuman 2 tahun penjara atas tindakan hooliganism. Sesuai hukum yang berlaku di Russia, mereka terjerat tuduhan hooliganisme setelah mereka dinilai menyanyikan lagu bernuansa politis secara anarkis di dalam Katedral Christ the Saviour di Moskow pada 21 February 2012. Vonis 2 tahun itu lebih ringan daripada tuntutan jaksa, yaitu  3 tahun penjara. Hukum Russia sebenarnya juga memungkinkan hukuman menjadi paling lama 7 tahun penjara. Pussy Riot, suatu band yang berpusat di Moskow, pada 20 Januari 2012 sebelumnya juga beraksi di tempat yang tidak lumrah. Pussy Riot pernah tampil di  Lobnoye Mesto (eng:Place of Skulls), suatu sudut Lapangan Merah Moskow yang biasa digunakan sebagai panggung untuk hal-hal keagamaan dan kenegaraan. Lobnoye Mesto secara historis, politis dan kultural dekat dengan jati diri bangsa Russia. Di tempat itulah pada tahun 1547 Ivan the Terrible berpidato kepada rakyat Moskow. Tempat itu juga juga biasa menjadi tempat penobatan Tzar Russia. Tradisi Minggu Palma khas gereja Orthodok Russia, Donkey Walk, di abad 16-17-an dulu juga sering menggunakan tempat itu dan sejak tahun 2000 kemarin mulai dihidupkan kembali. Ada kalangan yang menilai bahwa kasus hukum ini justru menguntungkan bagi Pussy Riot. Dengan adanya kasus yang terpublikasi ke berbagai penjuru dunia ini, nama Pussy Riot kian terkenal. Nuansa politis dalam kasus ini menjadi sulit dianggap tidak ada mengingat kuatnya posisi Gereja Orthodox di mata  pemerintah di satu sisi dan gaya punk yang ditampilkan Pussy Riot di sisi lain. Terlebih lagi, menurut economist.com, Presiden Russia Vladimir Putin pernah memberi arahan agar hukuman kepada anggota Pussy Riot "jangan terlalu keras". Digubah dengan sumber utama: “Pussy Riot”, “Lobnoye Mesto”, dan “Donkey Walk” dari en.wikipedia.org “Two years in prison as a compromise” dari www.economist.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun