Mohon tunggu...
Ari Budiarsyah
Ari Budiarsyah Mohon Tunggu... lainnya -

Lahir di jakarta bersamaan ketika john F. kennedy memperingati 72 tahun kelahirannya.. pada tahun 2013, menamatkan pendidikan sarjana sastra jepang di suatu sekolah tinggi bahasa di daerah jakarta selatan.. minatnya pada budaya, sastra jepang, psikologi, politik dan filsafat membuatnya terus menerus belajar untuk memperkaya pengetahuan tentang orang-orang maupun kondisi sosial di sekitarnya.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Senja Di Jakarta: Kelam dan Suram

1 Desember 2013   22:49 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:26 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13859124412084178505

[caption id="attachment_281429" align="aligncenter" width="300" caption="photo: dokumentasi penulis"][/caption] Judul: Senja di Jakarta Penulis: Mochtar Lubis Penerbit: Yayasan Obor Indonesia Tahun: 2009, cetakan kedua Tebal: 405 hal. Genre: Novel

“kelam dan suram..”

senja di jakarta menceritakan kisah yang berpusat pada kehidupan beberapa elemen masyarakat jakarta mulai dari kuli sampah, perampok,pemuda-pemuda yang selalu terlibat dalam diskusi, PNS, hingga orang-orang kepartaian.

Cerita menitik beratkan kepada bagaimana manusia-manusia yang duduk dalam kepartaian melakukan berbagai cara, trik, dan konspirasi untuk mempertahankan politiknya. Hingga kehidupan sosial mereka memperkaya diri sendiri, hidup bergelimang harta dan menindas rakyat kecil. Mengapa mereka yang tadinya cinta negeri ini dan berniat melakukan perbaikan tapi malah melenceng dari tujuan semula? Apa motif yang mendasari mereka melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme? Adakah beban moral yang mereka tanggung ketika mereka melakukan semua hal itu? perlahan-lahan semua jawaban atas pertanyaan tadi akan terjawab di buku ini.

Dilain pihak penggambaran kehidupan masyarakat pinggiran pun tidak kalah menarik. Cerita tragis mereka sebagai kaum bawah yang terinjak, bahkan untuk bisa ketemu nasi saja sudah bersyukur. lalu dengan cara seperti apa mereka survive dalam hidup yang keras? Apa yang ada di pikiran mereka? Pengharapan dan tindakan apa yang dilakukan mereka untuk mencapai hidup sesuai yang mereka impikan?

kisah dalam buku ini terdiri atas fragmen-fragmen kecil yang awalnya berdiri sendiri-sendiri hingga kemudian menyulam menjadi satu fragmen besar yang saling terkait satu sama lain. seperti halnya partai yang berkuasa, menentukan hajat hidup masyarakat.

Untuk meningkatkan kepedulian kita sebagai manusia yang dikatakan intelektual , buku ini akan membuka wawasan kita menjadi lebih luas khususnya dalam mengenal bangsa ini. sangat cocok untuk dibaca bagi kita yang tidak pernah bisa terjun ke jalan untuk mengamati dan mengetahui kehidupan mereka yang berada di pinggiran atau mereka yang berada di atas kekayaan. semoga esensi kita sebagai manusia bisa meningkat dan kita meminimalisasi peluang menjadi seorang feodalisme yang gila kehormatan dan harta seperti halnya kita mengutuki para orang-orang kepartaian dengan politik dan bisnis kotor mereka. (ari)

“karena itu manusia indonesia harus pertama-tama meyakinkan bahwa dia itu ada, dan nasibnya ada di dalam tangannya. Hidupnya itu tidak dipengaruhi masyarakatnya tidak dipengaruhi keluarganya tidak dipengaruhi susunan ekonominya, akan tetapi dalam dirinya sendiri..” (Senja di Jakarta: hal. 71)

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun