Bosan dengan suasana sawah yang kering dan gerah walaupun angin berhembus lembut, kemarin pagi pun saya jalan santai ke tengah kota Malang. Sekitar stadion Gajayana Malang dan komplek perumahan elit yang dulu dikuasai ambtenar kota yang mengabdi pada kolonial.Â
Banyak hal yang unik dan menarik kulihat. Misalnya sekelompok ibu-ibu yang senam di salah satu sudut taman sambil direkam tik tok. Suaranya cukup riuh dengan gerakan sedikit alay kalau tidak bisa dibilang genit. Tapi yang kurekam eh kupoto hanya pedagang perlengkapan dapur tradisional, seperti: panci, ceret, dandang, dan wajan aluminium. Mulai ukuran diameter 18 hingga 32 inch.Â
Rasanya cukup aneh di tengah kota apalagi di daerah ekonomi kelas atas ada penjual perlengkapan tradisional untuk memasak. Apakah di antara warga setempat ada yang beli? "Ada yang beli ya syukur, tak ada yang beli ya saya terus keliling menawarkan." Kata si penjual saat kutanya kala duduk di bawah pohon cemara sambil istirahat dan minum kopi.Â
"Barangkali ibu-ibu itu setelah senam mau beli," katanya sedikit berharap.Â
"Mudah-mudahan..." Balasku singkat sambil minta ijin memotonya yang ditolak karena tidak boleh difoto orang tak dikenal sesuai pesan anaknya yang kini sudah duduk di bangku SMK.Â
Mencari nafkah dengan berdagang harus terus diupayakan. Tak boleh menyerah pada keadaan.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI