Pohon turi ditanam orang terutama petani atau orang desa hanya untuk batas tanah yang dimiliki.
Pohonnya sangat rapuh dan mudah patah sekali pun hanya tertiup angin yang tidak terlalu kencang.
Batang pohonnya bila kering hanya bisa untuk kayu bakar. Itu pun asapnya sangat pedas di mata karena getahnya sangat banyak.
Karena batangnya sangat rapuh maka untuk memetik bunga turi harus menggunakan galah. Atau hanya menggapai rantingnya lalu mematahkan untuk dipetik bunganya.
Pohon turi yang bisa dimanfaatkan hanya bunganya untuk sayur pecel atau urap-urap. Ada juga yang memasak untuk oseng-oseng tetapi terlalu pait jika kurang pandai mengolah.
Bunga turi ( Latin: sesbania grandiflora) rasanya agak manis dan kadang tercampur rasa pait bila memasaknya terlalu matang. Untuk itu cara memasaknya cukup dimasukkan air yang mendidih selama 3-5 menit lalu segera tiriskan.
Ada juga cara untuk menghilangkan rasa pahit dengan membuang putiknya yang berwarna kuning.
Bunga turi ada yang berwarna ungu dan merah, tetapi yang paling banyak dikonsumsi bunga turi putih. Alasannya yang berwarna ungu dan merah bila dikunyah maka lidah dan ludah menjadi agak berwarna merah. Tampak seperti drakula baru menghisap korbannya.
Menyimak dari kandungan nutrisi yang ada, bunga turi layak dijadikan sayur untuk berbuka puasa atau saat sahur.
Menurut laman https://www.alodokter.com/kembang-turi mengandung nutrisi tanin, flavonoid, saponin, protein, fitosterol, dan vit. C.
Dengan kandungan seperti ini maka bunga turi bila dikonsumsi tidak berlebihan maka bermanfaat untuk mengobati sariawan dan jerawat, mencegah diare, meredakan demam, menyembuhkan luka dan menurunkan tekanan darah.
Selain itu menurut http://health.grid.id bunga turi bisa menurunkan nyeri sendi terutama bagi penderita asam urat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI