Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kebahagiaan Keluarga Petani Saat Panen Sayur

29 Juli 2021   18:00 Diperbarui: 29 Juli 2021   18:03 602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi ini, seorang pedagang pengepul sayur menghubungi  seorang petani, sebut saja namanya, Pak Tarno lewat hape memesan 20 bentel kangkung dengan harga 18 ribu perbentel. Artinya harga kangkung mulai naik lagi dari sebelumnya seharga 15 ribu perbentel. Mendengar kabar kenaikan harga kangkung, Pak Tarno langsung mengajak istri, anak, menantu, dan cucunya untuk membantu memetik kangkung yang tinggal dua bedeng yang menghasilkan sekitar 60 bentel.

Menunda pemanenan esok pagi belum tentu harga tetap. Sebab beberapa petak sawah yang ditanami sayur juga waktunya panen belum lagi di sawah-sawah tetangga desa, maka ada kemungkinan harga sayur akan turun lagi hingga hanya 10-8 ribu perbentel.

Jam 6 pagi mereka sudah berada di tengah sawah. Selama satu jam pertama mereka bersama-sama memetik. Setelah mendapat sekitar 20 bentel, putra Pak Tarno berganti tugas membawa sayur ke tepi parit dan mencucinya di sana. Istri, menantu, dan ibunda Pak Tarno tetap memetik dan langsung mengikat kangkung sedang Pak Tarno bagian menata tiap 25 ikat menjadi satu bentel. Selanjutnya membawa ke putranya yang bertugas mencuci kangkung.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Jam setengah sepuluh pagi, dua putri cucunya yang masih duduk di kelas 1 dan 5 SD menyusul ke sawah untuk membantu dan juga bermain. Belajar secara daring lewat hape hanya sampai jam sembilan saja, jawab cucunya yang duduk di kelas 5.

Panen, bagi petani juga merupakan hari raya keluarga yang tak mungkin ditinggalkan. Merayakan dan memanen secara bersama-sama anggota keluarga merupakan kebahagiaan tersendiri. Sekali pun pada masa kini tidak semua anggota keluarga bisa hadir sepenuhnya karena kesibukan masing-masing. Sehingga mereka harus menggunakan tenaga upahan. Bahkan sudah banyak pula keluarga yang sepenuhnya menggunakan tenaga upahan.

Panen bersama keluarga bukan sekedar ritual keluarga sebagai ucapan syukur tetapi juga melatih dan mendidik anak-cucu petani bagaimana menjadi seorang petani sebenarnya. Mereka tampak begitu ceria dan bahagia seperti bunga kenikir yang sedang mekar di pinggir pematang sawah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun