Sedang asyik melihat mereka, seseorang dari lapangan golf mendekati kami dan meminta keluar dan pergi. Tentu saja saya tolak, sebab merasa tidak masuk lapangan golf dan berada di ladang penduduk serta tidak menggangu mereka.Â
Seminggu kemudian, kami kembali lagi gowes ke sana. Sungguh di luar dugaan, kebun diberi palang bambu. Berkeyakinan tidak melakukan hal yang merugikan, kami pun masuk mengikuti seorang pencari rumput untuk pakan ternak.Â
Dari jauh kami merasa diperhatikan seseorang. Mungkin petugas keamanan tanpa seragam. Boleh jadi pengalaman penulis juga dialami para pesepeda di kota besar lainnya, sehingga mereka terpaksa bersepeda dan mencari tantangan di jalan raya.Â
Makin maraknya pesepeda rupanya terbaca dengan baik oleh pemerintah dengan menyediakan jalur sepeda, hanya saja masih belum dipatuhi sepenuhnya oleh sebagian pengguna jalan.Â
Maka alangkah baiknya, jika pemerintah daerah juga memperluas wilayah bebas kendaraan bermotor pada hari libur terutama pada hari Minggu untuk memberi kesempatan bagi para goweser untuk melakukan kegiatannya. Di sisi lain perlu juga rambu-rambu bagi goweser untuk saling menjaga keamanan dan kenyamanan bersama.Â
Jangan ndableg seperti kami. Pernah masuk jalan TOL yang masih 90% jadi lewat sebelah kebun, begitu asyiknya gowes tiba-tiba dikejutkan suara klakson bis yang lewat.Â
Ternyata jalan TOL sedang diuji coba. Padahal sebelumnya puluhan kali banyak goweser bersepeda dan manuver di sana. Maka dari itu, carilah tantangan di pinggir hutan dan perbukitan. Bersepeda untuk mencari tantangan bukan celaka.Â